Kolom Juara R. Ginting: TAFSIR LIAR KOSA KATA SIPISO-PISO

Ingat tulisan yang mengatakan lagu Karo Piso Surit adalah sejenis pisau? Sipenulis menafsirkan kosa kata piso dalam judul lagu itu sebagai sebuah benda tajam yang di dalam Bahasa Indonesia disebut pisau dan di dalam Bahasa Karo disebut piso, seperti halnya dalam “piso tumbuk lada”.

Padahal Piso Surit, atau sebenarnya adalah Piso Serit, adalah nama burung yang suaranya kedengaran seperti “pisooooooo serrriiitt”.

Demikian pula saya barusan membaca sebuah artikel mengenai Air Terjun Sipiso-piso. Dikatakannya: “Nama dari destinasi alam itu diambil dari kata Sipiso-piso yang mempunyai arti tajam. Traveller yang bermain air akan melihat aliran yang cukup tajam.”

Sebelum saya sebutkan apa arti sebenarnya dari kosa kata sipiso-piso untuk nama air terjun itu, persilahkan saya mengulas tafsirannya yang terlalu sangat liar itu.

Pertama, dia artikan sipiso-piso berakar pada kata piso yang artinya benda tajam. Karena itu dia katakan air terjun itu adalah sebuah “aliran yang cukup tajam”. Dia mencampuradukan tajamnya sebuah pisau dengan tajamnya sebuah jurang yang artinya terjal atau curam.

Itu adalah pertanda sebuah kemiskinan berbahasa, khususnya Bahasa Indonesia.

Belum lagi kalau dia mengetahui Sipiso-piso adalah juga nama sebuah gunung di dekatnya. Hubungan Sipiso-piso sebagai nama gunung dengan Sipiso-piso sebagai nama air terjun adalah kesatuan lokasi, tidak ada hubungannya dengan ketajaman sebuah pisau sebagai senjata tajam.

Sekarang, mari saya katakan apa arti sebenarnya sipiso-piso, yaitu nama salah satu jenis tumbuhan yang tumbuh di padang rumput. Tumbuhan ini adalah juga salah satu bahan pangir (herbal shampoo) untuk mencuci kepala melalui sebuah ritual keramas.

Dalam mitologi Karo, Gunung Sipiso-piso adalah tempat Beru Ginting Seragih mandi keramas. Karena itu, mandi keramas di gunung ini konon memberi kekuatan pemanis diri. Beru Ginting Seragih terkenal seorang putri yang cantik sekali.

Tafsir-tafsir yang didasarkan ketidaktahuan tapi berlagak seolah-olah tahu perlu diwaspadai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.