Kolom M.U. Ginting: CARA BARU MEMECAH INDONESIA

Presiden Jokowi dalam menyambut acara HUT ke-58 Ormas Pemuda Pancasila di Solo [Sabtu 28/10] mengingatkan kepada semua anak bangsa untuk mewaspadai usaha dari pihak divide and conquer untuk memecah belah NKRI, menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain.

Penjelasan dan peringatan presiden Jokowi mempunyai arti yang sangat mendalam dan berjangka panjang tetapi juga mempunyai arti yang sangat praktis dalam menanggulangi kesulitan bangsa ini sekarang,  terutama dari segi politik perpecahan yang sengaja dilancarkan dari pihak-pihak tertentu, yang maksudnya jelas menguasai atau menggantikan kekuasaan di RI dengan kekuasaan pakai ideologi lain selain Pancasia.




Presiden Jokowi mensinyalir adanya cara halus dan licik yaitu dengan indoktrinasi pakai cara bagus dan modern lewat media sosial.

Pengalaman abad lalu dengan kekerasan dan teror seperti 1965 semakin tidak masuk akal untuk diteruskan dalam rangka divide and conquer itu di zaman sekarang. Untuk menggantikan kekuasaan RI dan menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi fasis dsb, dipakai cara baru seperti disebutkan oleh presiden Jokowi di Solo itu, lewat media sosial yang sangat tersebar luas di Indonesia.

Media ini dipakai karena MSM (Main Stream Media) sudah jauh ketinggalan popularitasnya di kalangan publik. Berlainan dengan di AS dimana MSM milik neolib internasional masih mendominasi publikasi publik, dan masih dipakai terutama dalam bikin hoax atau fake news memecah belah publik AS. Karena itu juga Trump bilang kalau MSM fake news itu adalah ‘the enemy of the American people’. CNN dia sebut sebagai FNN (Fake News Network).

Fake News (hoax) sudah sempat dipakai dengan ‘lancar’ di Indonesia belakangan ini, seperti gerakan Saracen, 411, 212 + berbagai Alumninya. Tetapi gerakan ini ternyata dengan tangkas dan sigap telah digagalkan oleh pemerintahan Jokowi terutama atas bantuan aparat kepolisian di bawah pimpinan Kapolri Tito. Penggeraknya banyak ditangkap atau jadi buron.

Kegagalan-kegagalan ini kemudian disimpulkan oleh pemerakarsa divide and conquer internasional itu dan mengubahnya sekarang dengan cara seperti yang tepat disinyalir dan digambaarkan oleh presiden Jokowi dalam pidatonya di Solo itu: Yaitu pakai indoktrinasi halus, bagus dan meyakinkan dengan video dll lewat media sosial.

Ini semuanya dalam rangka menipu dan mengelabui sebagian publik untuk diajak memecah belah bangsa, mengacau dan meruntuhkan NKRI. Revolusi Mental Jokowi bisa tepat pemakaiannya di sini, meningkatkan kesedaran dan menjawab pertanyaan: mengapa saya diindoktrinasi dengan cara halus dan menyenangkan itu, dan untuk apa? Saya ini mau digiring ke mana?

Dalam gerakan Saracen, 411 dan 212 sudah jelas mau digiring ke mana, dan sudah gagal total juga, dan sekarang mau dicoba dengan cara lain lagi (indoktrinasi tingkat tinggi). Tetapi dengan mingkatkan pengetahuan dan informasi yang lebih luas, berarti kita meningkatkan kesedaran mental, dan itulah praktek revolusi mental.

Di situlah pentingnya revolusi mental ini, sebagai non-violent revolution, yang terlihat sangat tepat dalam menghadapi dunia yang semakin penuh dengan penipuan dan juga kekerasan. Jadi setiap kali seseorang atau siapa saja bisa berhasil mengkedepankan apa yang benar (truth) seperti dalam pidato sambutan presiden Jokowi di Solo itu, itu berarti sudah ikut bikin revolusi mental, berarti ini adalah satu aksi revolusioner dalam non-violent revolution itu, atau dalam revolusi mental itu. 

Katakan dan kemukakan kebenaran dalam setiap soal atau peristiwa – itulah revolusi mental non violent revolution. Siarkan dan sebarkan kebenaran ke seluruh publik, dengan argumentasi atau tanpa argumentasi. Kebenaran akan selalu lebih gampang dipahami dibandingkan dengan kebohongan. Mengatakan kebenaran adalah kontribusi yang konstruktif dalam revolusi mental.

Mari semua ikut ambil bagian dalam revolusi ini. Katakan terus apa yang benar.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.