Kolom M.U.Ginting: DARI AGAMA KE EKONOMI

Setelah Jokowi menetapkan Ma’ruf Amin, menyerang presiden dari sudut agama seperti 411, 212, HTI, FPI, Rizieq Shihab, pakai Ahok dsb, para penyerang Jokowi menganggap cara ini sudah obsolete. Bahkan sangat berbahaya bisa bunuh diri kalau masih memakai cara lama itu. Tidak heran juga mengapa Fadli J dan Fahri H buru-buru menemui Rizieq Shihab di Arab Saudi.

Soal perubahan taktik dan strategi ini harus diketahui oleh semua barisan.

Dari pihak grup internasional, Neolib/ NWO tentu tidak segoblok itu mau pakai cara lama. Neolib/ NWO, pemecah kekuatan nasional dunia itu, sekarang di Indonesia setelah melihat Ma’ruf jadi Cawapres Jokowi, harus memakai taktik dan strategi lain dalam mempraktekkan ‘system konflik’nya. Mereka mencoba mengganti isu agama ke isu ekonomi. Ini dianggap pilihan paling tepat, dan harus diseragamkan untuk semua perlawanan, termasuk RS di Saudi.

RS/ FPI, HTI, Wahabi dan gerakan terorisme adalah pelopor pertama di Indonesia dalam sistem konflik internasional itu dalam melawan Jokowi sebagai kekuatan nasional RI.

Tetapi, kelemahan atau kekuatan taktik ekonomi ini ialah bahwa, bicara soal ekonomi, harus dilengkapi dengan sistem data yang akurat; termasuk statistik ilmiah yang menunjukkan bahwa omongan itu benar. Berlainan sekali dengan ngomong soal agama yang jelas tak punya data statistik seperti dalam ekonomi. Siapa saja bebas ngomong. Soalnya adalah tentang keyakinan. Semua punya keyakinan yang bisa diomongkan.

Walikota Medan membuka beberapa pasar murah di Medan saat menjelang Lebaran Idul Fitri 2018.

 

Berlainan dengan soal ekonomi dan finansial yang berubah dan berkembang tiap detik, tiap hari dengan data dan statistik dari lapangan maupun teori ilmiahnya yang juga harus pakai data. Seorang Ketua MPR (Zulkifli Hasan) ngomong ekonomi tanpa data dan statistik pendukung . Wow . . . Ketua MPR pula! Ih, betul-betul ngawur. Sebagai pemimpin, dia tidak bisa jadi teladan bangsa. Tidak bisa jadi contoh yang baik bagi generasi muda bangsa ini. Mau enaknya saja untuk membuat orang lain susah.

Sistem Konflik Global yang dipakai oleh neolib/ NWO atau yang biasa juga disebut politik divide and conquer secara nasional maupun internasional adalah sistem yang sangat ilmiah berdasarkan berbagai ilmu/ teori. Termasuk ilmu Psikologi perangai manusia, kultural/ perorangan, dan sudah dipraktekkan di seluruh dunia lebih dari 170 tahun.

Ini dari hitungan yang lebih pasti sejak Manifesto Partai Komunis Marx 1848. Harus dicatat juga bahwa Marx disewa oleh bankir rentenir internasional Rothschild untuk mengarang Marxisme dalam rangka menciptakan sistem konflik internasional untuk membelah dunia itu.

Pasar Buah di kota wisata Berastagi, Dataran Tinggi Karo.

Sejak itu, dimulailah perpecahan atau pembagian dunia secara luas dengan menggunakan ideologi Komunis/ Sosialis kontra ideologi Kapitalisme (Neoliberalisme). Secara nasional, sistem ini diberlakukan sering begitu kejam dan tidak berperikemanusiaan. Saling bunuh sesama satu bangsa. Sangat menyolok ialah di Laos, Camboja dan juga Vietnam. Implementasinya yang jelas dan juga sangat kejam di Indonesia ialah pada tahun 1965. Di era Jokowi dipakai taktik agama kontra Jokowi, dan sekarang dengan taktik ekonomi kontra Jokowi.

Kalau di AS sistem perpecahan ini diatur dengan menggunakan sistem 2 partai, Demokrat dan Republikan atau disebut juga ‘kiri’ dan ‘kanan’ di era abad lalu. Kedua partai ini adalah di bawah pengaturan satu organ partai yang sesungguhnya yaitu ‘The Party of money’ (Gore Vidal).

Sekarang di AS, sistem konflik ini dinyatakan dalam bentuk deep state kontra Trump. Perpecahan 2 partai jadi kabur atau hilang sementara atau untuk selama-lamanya. Dalam grup deep state termasuk kekuatan inteligens AS (the fourth power di AS, 3 lainnya adalah eksekutif, legislatif dan judiktif). Dalam prakteknya, the fourth power ini banyak menentukan dalam arahan politik maupun dalam kehidupan tiap warga negara, seperti juga telah banyak dibongkar oleh whistleblower Snowden.

Celakanya atau sialnya bagi neolib/ NWO ini ialah arah dan arus sejarah yang menentang mereka. Era internet dan keterbukaan telah memporak-porandakan semua rahasia yang ditutup rapat selama 170 tahun itu. Sekarang terbuka dan semakin tertelanjangi sehingga brainwashing dan mind control yang tua itu “is being shattered piece by piece by independent media” (Jon Rapporport).



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.