Kolom M.U. Ginting: DIVIDE ET IMPERA MULAI DIINTENSIFKAN DARI PAPUA

“Percakapan yang mengandung unsur ujaran kebencian dan penyebaran berita bohong. Semisal mengenai bendera yang dibuang ke selokan. Hingga kabar bohong mengenai mahasiswa yang melakukan perlawanan. Ini yang dimaksud dengan ujaran kebencian dan hoaks ya,” kata  Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jatim Cecep Susatya – merdeka[dot]com [Kamis 29/8].

Jelaslah dan bisa dipahami dengan tepat apa tujuan hoax Tri Susanti alias Mak Susi dalam keterangan polisi itu. Berita bohong itu akan menimbulkan perpecahan yang serius. Sebagian besar Rakyat Indonesia akan marah dan menimbulkan rasa benci serta sikap curiga terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan rasa permusuhan terhadap rakyat Papua umumnya. Sambil menggerakkan ‘perlawanan’ di Papua sendiri, dengan dasar ‘Papua Merdeka’, ke tempat lain diusahakan penyebarannya dengan memanfaatkan keberadaan mahasiwa dari Papua.

Inilah pikiran strategisnya divide and conquer global power itu. Pecah-pecah, lalu kuasai. Nantinya SDAnya tentunya. Seperti pengalaman 1965.

Usaha NWO ini sudah ada dan sudah diintensifkan sejak Manifesto Partai Komunis Marx 1848 dan dipakai terus sampai sekarang seluruh dunia. Korbannya sudah banyak sekali, ratusan jiwa manusia, terutama dalam perang dunia, tetapi yang telah menghasilkan duit berlimpah bagi bank cartel NWO itu.

Sebagian besar usaha-usaha perpecahan ini sudah ditelanjangi di era internet oleh media independen dan media sosial. Sedangkan MSM, media NWO ini, yang tadinya sukses melindungi fabrik hoax ini (termasuk hoax besar komunisme) sekarang sudah tidak berkutik lagi dan dalam perjalanan menuju akhir riwayatnya.

Tetapi jangan lupa karena “rontaan sekarat” atau pukulan-pukulan balik yang masih mungkin, bagi makhluk apa saja atau organisasi apa saja masih akan dimunculkan ketika akan menuju ajalnya. Terorisme dan ‘revolusi’ keturunan Arab Rizieq, Yusuf Martak dll mulai berkurang atau berhenti, tetapi masih tetap awas, rontaan sekarat tadi!

Mantan bos BIN pernah memperingatkan orang-orang keturunan Arab ini, bilang: “Saya peringatkan Rizieq, Yusuf Martak dan orang-orang yang meneriakkan revolusi” kata mantan kepala BIN ini – LENSAINDONESIA.COM, Selasaa 7/5/2019. 

Menarik juga kalau melihat kembali atau meneliti perjalanan extrimisme/ radikalisme dan juga terorisme sejak 2014 sampai sekarang. FPI, HTI, 800 ribu akun Saracen, MCA, Rizieq, Yusuf Martak, teror Thamrin, teror panci, dll dsb, semuanya mengingatkan akan usaha-usaha radikal (muslim) untuk mengacau pemerintahan Jokowi dan juga Ahok ketika di Jakarta jadi gubernur.

Tentu saja bukan orang muslim yang menggerakkan ini semua tetapi NWO (The Global Power Structure) dengan biaya finansialnya yang tidak terbatas seperti yang dikatakan oleh Trump:  “Their financial resources are virtually unlimited”, ucapan Trump dalam pidatonya yang terkenal di West Palm Beach Florida 13 Oct 2016.

Mana ada pula orang muslim mau mengeluarkan biaya besar hanya untuk mengeritik Jokowi atau menjatuhkan Jokowi. Dan kalau Jokowi jatuh mau digantikan oleh muslim siapa? Rizieq? Jusuf Martak? Prabowo? Atau Ex panglima TNI yang menganjurkan nobar film G30 S PKI? Atau Raja Arab? Banyak pilihan memang, tetapi satupun tidak cocok, karena zamannya bukan lagi 1965!

Lantas? Jadi tujuan utamanya ialah MENGACAU dan MEMECAH BELAH, seperti yang mereka telah lakukan di seluruh dunia sejak Manifesto Partai Komunis Marx 1848, selalu menanti dan mengharapkan kesempatan yang lebih ‘bagus’.

Tetapi kekacauan itu sendiri, mengacau satu negara nasional yang kaya SDAnya adalah sesuatu yang harus dijalankan. Atau biasa disebutkan, bikin order dari situasi disorder (chaos). Itu mereka bikin 1965. Tetapi sekali lagi Indonesia sekarang bukan 1965!

Sekarang era INTERNET, informasi dan pengetahuan cepat luar biasa meluasnya. Pengetahuan dan informasi ratusan juta publik, sudah tidak bisa dikalahkan oleh pengetahuan dan informasi segelintir elit seperti th 1965 dan seperti abad-abad sebelumnya dimana informasi hanya dimiliki dan dimanfaatkan hanya oleh segelintir elit (bank cartel) untuk menipu dan memperkaya dirinya.

“And most importantly, the depths of their immorality is absolutely unlimited.” kata Trump.

Apa artinya kebejatan moral yang tidak terbatas bagi bank cartel ini sekarang, sudah tidak bisa dimanfaatkan seperti abad-abad lalu.

Tetapi masih harus tetap waspada dengan kemungkinan RONTAAN SEKARAT itu, bahkan bisa meronta dengan bom nuklir memanfaatkan si naif pemimpin Korut! Di Indonesia dalam tingkatan perkembangan sekarang, disorder ini sudah dimulai dan dicoba lagi dari Papua.

Mungkinkah the corrupt global power ini berhasil dengan rontaan sekaratnya di Indonesia yang dimulai dari Papua itu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.