Kolom M.U. Ginting: JADILAH PEMIMPIN

M.U. Ginting 2godot“Kalau pemerintah Jokowi tidak siap dengan segala aspek, maka akan lebih mabok. Bangsa ini sudah sakit, yang bikin undang-undang juga sakit. Saya menilai Jokowi sudah mulai meninggalkan revolusi mentalnya, takut tidak populer,”  kata Surya Paloh (SP) sebagaimana diberitakan di merdeka.com.

“Saya harus menyatakan kepedihan saya, karena negeri-negeri maju memandang bangsa kita dengan sebelah mata. Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, inilah memang kondisinya. Karena keteladanan tidak diberikan pemimpin-pemimpin bangsa. Mereka tidak pernah mau mengakui kesalahannya,” nilainya lagi.

Di akhir pembicaraan, Surya Paloh menyinggung soal Pengacara OC Kaligis yang terlibat kasus suap.

“Dia sudah tidak di NasDem. Setelah menjadi tersangka, dia menghubungi saya langsung, mengatakan mundur dari NasDem, dan kita tidak akan memberi sanksi apapun karena dia sudah mengundurkan diri,” tandasnya.

Kelihatan sekali kalau SP sangat dikecewakan oleh konconya sendiri ‘pengacara kondang’ Kaligis. Tetapi juga oleh sikap Jokowi yang menurutnya sudah mulai meninggalkan Revousi Mental.

Tak terhindarkan memang kalau semakin banyak kesan meluas di kalangan orang banyak kalau Jokowi ‘meninggalkan’ Revolusi Mentalnya. Tetapi kesan ini muncul bukanlah karena Jokowi yang meninggalkannya, tetapi lebih banyak karena kebanyakan pemimpin/ pejabat belakangan ini sama sekali tak urusan sama Revolusi Mental itu. Bahkan, sifat dan sikap semakin angkuh dan tak mau mengakui kesalahannya, semakin meluas.

Jokowi memang tak banyak bikin usaha untuk ‘menghajar’ orang-orang ini. Dia hanya mengharapkan satu waktu akan jadi lebih baik atau berubah dengan sendirinya. Jokowi telah dengan gemilang melahirkan atau bikin kesimpulan brilian soal perkembangan dunia yaitu Revolusi Mental atau di kalangan internasional disebut Quiet Revolution (Susan Cain).

godot 2Tak ada kesalahan dalam soal kesimpulan ilmiah ini. Semakin terlihat memang kalau Jokowi bukan orangnya yang akan memimpin dengan ketegasan (bold) untuk melaksanakan Revolusi Mental ini sampai ke akar-akarnya. Karena itu, yang semakin terlihat malah kekuatan sebaliknya yang berusaha menggagalkan revolusi itu. Hasil ‘kerja’ mereka inilah yang jelas terlihat oleh publik, seperti penangkapan atau ‘kriminalisasi’ KPK dan KY oleh Bareskrim RI atau macam-macam pengacara ‘kondang’ yang korup. Semuanya juga tak mau ngaku salah seperti disinyalir oleh SP.

Siapakah seharusnya yang memimpin Revolusi Mental itu? Jolowi? JK? Menteri-menteri? Gubernur? Bupati?

Revolusi ini akan jalan dan hanya akan mungkin jalan kalau tiap orang dalam kesatuannya atau lingkungannya mengubah dirinya jadi panglima perang revolusi ini. Ini artinya tiap orang pertama-tama harus mulai sendiri bikin revolusi mentalnya sendiri, dan muncul berani memimpin revolusi ini dalam kerjanya tiap hari. Ini terutama berlaku sangat  penting bagi pemimpin daerah, tiap daerah otonom. Tak perlu menuntut supaya Jokowi memimpin dan melaksanakan Revolusi Mental di daerahnya, bikin kearifan lokal di daerahnya, atau dalam dirinya sendiri.

Inilah gagasan terakhir dan termodern dan yang mungkin dalam abad ini soal perkembangan baru leadership dunia. Jangan menantikan pemimpin. Jadilah pemimpin.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.