Kolom M.U. Ginting: KE HULU DANA SARACEN

Aliran duit ke Saracen sedang diselidiki oleh Bareskrim Polri. Mudah-mudahan kejelasan aliran dana ini bisa segera rampung, dibandingkan dengan persoalan air keras Baswedan yang berjalan seperti siput.

‘Siputnya’ dimiliki pula oleh petinggi polisi sebagai akibat dari keterangan Baswedan sendiri dalam keterlibatan jenderal polisi. Keterangan ini mungkin termasuk bikin gerakan siput dalam penyelesaian kasus Baswedan, karena telah berhasil mengalihkan persoalannya ke soal akan dilaporkannya Baswedan ke polisi, menggantikan soal air kerasnya.




“Kami melihat laporan (Aris Budiman) terhadap Novel justru ingin mengalihkan isu kekerasan terhadap Novel Baswedan,” kata anggota tim advokasi Alghiffari Aqsa [Rabu 13/9].

Ini soal akal bulus pengalihan isu, sudah sangat lazim dalam perpolitikan nasional maupun internasional. Tangannya nyolong duit, mata orang dialihkan supaya tidak melihat pencurinya dan hasil pencuriannya.

Persoalan air keras Baswedan adalah soal korupsi, jadi soal duit, duit, duit . . . . yang menurut Aristoteles adalah sumber segala macam kejahatan. Dari dulu dan sampai sekarang termasuk seperti di Polri sebagai badan terkorup selain DPR yang ketuanya sendiri (Setia Novanto) tersangkut korupsi e-KTP dan terakhir sedang sakit-sakit kalau ada panggilan pemeriksaan dari KPK. Sembunyi terus selama masih bisa . . . walaupun sudah susah untuk sembunyi karena era keterbukaan. Apa saja yang tidak tahan dibuka atau terbuka di atas meja, akan menemui nasib jelek. Itulah perubahan zaman. Zaman tidak bisa ditangguhkan, apalagi disembunyikan.

“Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah menyerahkan Laporan Hasil Analisis (LHA) atas 15 rekening kepada Bareskrim Polri. Laporan tersebut terkait aliran dana milik kelompok jaringan ujaran kebencian dan Konten SARA, Saracen,” demikian dirilis oleh Merdeka.com [Rabu 13/9].

Sudah ada laporan aliran dana ke Saracen. Artinya memang harus ada duitnya kalau mau bikin kejahatan apa saja, sesuai dengan kata-kata bijak Aristoteles itu. Kejahatan Saracen bukan sembarang kejahatan, karena bisa dan memang bermasksud untuk memecah belah satu negara, satu nation yang utuh. Saracen bikin ribuan akun memprovokasi Islam dan juga ribuan untuk memprovokasi Kristen. Jadi, betul-betul satu perusahaan yang cukup besar dan ofensif dan banyak biaya tentunya.

Tetapi untuk apa rakyat dipecah belah? Siapa yang berkepentingan memecah satu negara/ nation tertentu itu?

Pertanyaan yang cukup sederhana dan jawabannya juga sebenarnya tidak perlu komplikasi. Tetapi pengaburan pertanyaannya dan pengaburan jawabannya yang sangat komplikasi dan sangat gigantis. Itulah yang sudah lama terjadi, selama pertengahan kedua abad 20, sehingga pertanyaannya sendiri malah sangat jauh dari manusia biasa tetapi yang malah jadi korban dan mampus karena pecah belah itu. 




Pengaburan gigantis ini baru pada Era Keterbukaan sekarang ini bisa terbongkar dan dipahami oleh publik. Perpecahan dan penyembelihan 3 juta orang 1965 adalah untuk menjarah triliunan dolar dari SDA Indonesia, hutan, minyak, tembaga, uranium, emas, dan terutama perusahaan neolib Freeport yang  sudah menjarah SDA Papua selama setengah abad tanpa suara.

Penjarahan milliar dolar tiap bulan dari SDA minyak Irak dan Syria dengan alat pecah belah ISIS, organisasi teroris yang dibangun sendiri oleh Obama/ Clinton menurut keterangan Trump sendiri. Di belakang Obama/ Clinton sudah jelas bagi dunia ialah ‘the party of money‘ (penulis Gore Vidal) atau the ‘finance element large centers‘ (presiden Roosevelt) yang sekarang kita sebut penguasa Greed And Power neoliberal internasional atau belakangan di AS disebut juga ‘deep state’.

Element Greed and Power neolib internasional deep state ini jugalah yang sekarang mencoba menangguk ikan di air keruh untuk mendapatkan dan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan kenaifan Kim Jong-un dan si ceplas-ceplos Trump sehingga AS dengan cepat ‘terpaksa’ memproduksi persenjataan canggih demi pertahanan AS dari serangan si naif Kim Jong-un.

Begitu juga penjualan senjata canggih besar-besaran ke Korsel yang mengeruk untuk besar-besaran pula, semua demi menahan serangan nuklir Jong-un dari utara. Betapa besarnya kans keuntungan fabrik senjata neolib ini. Semuanya tentu dari pajak rakyat, rakyat Korut, rakyat Korsel dan rakyat AS. Dpl perpindahan duit rakyat ke tangan neolib dengan cara sangat elegant, jauh lebih elegant dari cara kotor ISIS atau cara penyembelihan kotor 1965.  













Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.