Kolom M.U. Ginting: Kelebihan Seorang Pemalu

M.U. GintingSeorang Prof. [Psikolog] C. Barr Taylor dari Stanford University telah mengumpulkan 5 macam kebiasaan orang-orang pemalu dan menjelaskan dengan sangat bagus bagaimana 5 ’kekurangan’ itu berubah jadi ’kekuatan’ yang sangat menguntungkan dirinya.

muginting 78

Orang-orang introvert seperti Karo atau Jawa pastilah sangat gampang memahami penjelasan Prof. C. Barr Taylor ini. Tetapi perlu juga dicatat, menurut Taylor, pemalu dan introvert tidaklah sama walaupun ’kerap dianggap sama’.

‘Kerap dianggap sama’ ini telah mengalami perubahan luar biasa pada Abad 21. Era dimana introvert ’dinggap sama’ dengan pemalu adalah anggapan dari kaum extrovert loudmouth braggarts yang berdominasi di dunia abad lalu dalam rangka menjelekkan atau menjatuhkan kaum introvert dunia, supaya orang-orang loudmoth dan braggarts tetap pegang peranan memimpin terutama dari segi finans seperti di Wall Street.

Tetapi, kebangkrutan dan krisis finans dunia itu telah berbicara sendiri. Secara perlahan tapi pasti, kaum introvert dunia bergerak maju menempati tempat-tempat penting seluruh dunia. Di Indonesia terlihat juga, fenomena Jokowi dalam soal ’singa dan kambing’ antara Prabowo Gerindera dan Jokowi PDIP, antara ’loudmouth braggarts’ extrovert dan ’rapopo’ introvert.

 Seperti contoh artikel dari psikolog Prof. Taylor dari Stanford University, sikap ’negatif’ itu bisa berubah jadi positif dengan usaha dari orangnya sendiri. Artinya, perubahan tidak datang begitu saja tanpa berbuat apa-apa. ’Jika hanya diam tak akan ada perubahan’.

Apa yang sangat mengagumkan dunia dan yang tidak diketahui atau tidak diakui masa lalu ialah bahwa perubahan yang dibikin oleh kaum introvert masa kini bisa dan akan mengubah dunia secara radikal dalam Abad 21 ini.

Percobaan PDIP/Jokowi di Indonesia adalah satu contoh konkret dalam mengedapankan introvert ke panggung RI 1 diikuti oleh kampanye dan serangan luar biasa dari semua loudmouth braggarts. Untuk menangkis ini, seperti juga semua serangan harus ditangkis, tak cukup dengan ’rapopo’ saja, tetapi harus ada ’counter attact’ yang mematikan. ’Rapopo’ saja tidak cukup, karena ’rapopo’ tidak bikin apa-apa.

Seperti dalam KBB kalau orang Karo hanya mengikuti ’ula sipanjang punjuten’ tak membikin counter attact yang mematikan, Karo dan kulturnya akan punah, karena identitasnya berangsur akan lenyap, semakin tak ada yang mengenal, karena selalu berada di belakang bayang-bayang suku lain (Batak). Counter attact yang ’mematikan’ artinya di sini ialah mematikan ketidakbenaran dan ketidakadilan. Jadi counter attact yang ’mematikan’ di sini berarti adalah Pencerahan ilmiah demi Kebenaran dan Keadilan.

Ciri counter attact yang efektif ialah dengan membongkar dan membelejeti kebohongan lawan yang selalu ditutupi untuk mengelabui mata orang banyak, karena big lie bisa jadi benar kalau dibiarkan saja tanpa pembelejetan dan pencerahan. ’Rapopo’ saja tidak mampu bikin tugas ini, karena itu ’rapopo’ saja berarti bunuh diri.

Seperti nasihat Taylor ini, kita harus bikin perubahan itu sendiri, mengubahnya menjadi sesuatu yang sangat luar biasa positifnya. Hanya kaum introvert yang punya kemungkinan besar akan berhasil karena sesuai dengan kekuatan internnya (stimulasi intern adalah ciri khusus dan syarat khusus kelanjutan hidup, survival introvert).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.