Kolom M.U. Ginting: Kiri Kanan Tak Laku Lagi

kiri kanan 2M.U. GintingPerpolitikan kali ini dalam Pilpres 2014 memang sangat menarik. Pergantian dan perubahan sangat cepat, dalam pikiran dan begitu juga orang-orangnya. Barangkali pilpres kali ini akan merupakan peninggalan penting sejarah negeri ini dalam hubungan PERUBAHAN BESAR DUNIA dari Sbad 20 ke Abad 21, revolusi sosial, perubahan sikap dan pikiran yang lama ke yang baru. Terlihat sangat jelas juga pada  orang-orangnya.

Tendensi perubahan besar atau REVOLUSI dalam banyak hal: JK dan Jokowi sebagai manusia per orangan, Jokowi mewakili yang baru (pikiran dan sikap) dan JK mewakili yang lama tetapi JK adalah contoh yang mau bikin perubahan serta berusaha mengikuti perubahan dan perkembangan.

Solusi dengan kekerasan ke solusi dengan Dialog.

Menggelapkan persoalan atau Mencerahkan dan persoalan di atas meja.

Menghormati kultur daerah/nation atau multikulturalisme, yang di Indonesia tercermin dalam perjuangan pemekaran daerah menurut garis kultural, yang ditentang oleh pikiran lama ’persatuan dan kesatuan nasional’ Orba.

Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan dan teori atau implemantasi dalam praktek seperti dibikin oleh Gus Dur.

Di Eropah, gelombang besar transformasi ini terlihat dalam pemilihan parlamen EU Mei 2014 barusan, dimana kemenangan pikiran baru kultur/nasional mengalahkan secara total  pikiran lama ’multikullti’ dan belum pernah terjadi selama ini dalam sejarah Eropah.

Kekalahan total ’the establishment’ terpaksa diakui oleh partai-partai pikiran lama Eropah. Kemenangan luar biasa Ukip (United Kingdom Independence Party) di Inggris, Partai national di Perancis, Folkparti di Denmark dan Partai Demokrat Swedia di Swedia dan banyak negeri lainnya. Partai-partai ini menentang EU sebagai perwakilan ’multikulti’ Eropah dan ingin membubarkan EU, kembali menghormati dan menjadikan dasar perkembangan dari nation dan kultur nation sendiri, host nation sebagai titik tolak perubahan dan perkembangan serta kemajuan Eropah dan dunia.

Partai-partai ini dituduh ’kanan’ dan ’rasist’, seperti juga pemekaran di Indonesia pada mulanya dituduh ’sukuisme’, daerahisme’, ’primordialisme’, dsb. Tuduhan-tuduhan ini semakin tak laku di Eropah, sama halnya dengan di Indonesia.

Pengertian ’kiri’ dan ’kanan’ oleh the establishment masih dipakai, tetapi dalam kenyataan semakin tak cocok, karena semakin jelas di dalamnya dan dasarnya adalah perjuangan untuk keadilan, keadilan bagi host nation dan perkembangan kulturnya yang selama Abad 20 digantikan dengan multikulturalisme internasional yang semakin membusuk sekarang.

Sama halnya dengan politik ’persatuan dan kesatuan nasional’ Pancasilais rezim Orba. Persoalan semakin jelas bukan soal ’kiri dan kanan’ atau rasisme, tetapi soal KEADILAN dan penilaian kembali atas national host culture yang telah dikaburkan oleh multikulti multikulturalisme pada Abad 20.

KBB adalah salah satu pemikiran baru menciptakan kedamaian antar etnis dengan pencerahan dan argumentasi ilmiah dengan dasar kultur dan Karo way of thinking, filsafat hidup Karo. KBB menitikberatkan perjuangannya untuk keadilan dan kemajuan secara nasional dan internasional atas dasar menghormati dan menghargai semua kultur/etnis, semua etnis di Indonesia dan semua nation dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.