Kolom M.U. Ginting: Konflik Internal PPP

M.U. GintingAkibat konflik internal PPP, dukungannya ke Gerindra sudah tidak seperti diperhitungkan semula. Gerindra sepertinya harus mencari jalan lain agar tetap bisa mencapreskan Prabowo sebagai calon presiden.

Threshold pencalonan jadi Capres adalah 20% DPR. Tadinya dengan tambahan 5-6% dari PPP hanya tinggal mencari dukungan satu partai lagi supaya bisa memenuhi syarat. Dengan perpecahan PPP atau pemecatan SDA dari PPP maka untuk threshold 20% ini Gerindra harus cari 1 atau 2 partai lain. Partai Islam lainnya yang mungkin ialah PKB yang juga bisa melalui proses yang sama seperti PPP karena berbagai sebab intern dan extern dalam tubuh PKB, terlihat juga dari pencalonan si raja dangdut Rhoma Irama.

Partai Islam lainnya PKS kelihatannya lebih dekat ke Golkar ARB. Ketumnya sama-sama merindukan zaman Orba, sama-sama mau kembali ke sana. Ituah persamaan sementara, setidaknya sampai Pilpres nanti.

Perubahan dalam politik sangat cepat belakangan ini. Dinamika politik negeri ini sangat tinggi kecepatannya. Ini pastilah karena transisi ke pemikiran baru dunia, dengan rontaan sekarat pemikiran lama muncul semakin terlihat pula. Antara yang lama dan yang baru, antara militer/ otoriter dan sivil/ demoktatis, antara kekerasan dan DIALOG.

Kelebihan rakyat negeri ini ialah, rakyat mengikuti semua perubahan dan perkembangan dunia dan pemikirannya. INTERNET tentu faktor utamanya. INTERNET adalah laboratory besar dunia sekarang. Sumber segala macam pengetahuan dan informasi semua perubahan dan perkembangan, perubahan dunia pikiran dan perubahan dunia nyata.

Tetapi, sebagian pemimpin lama dan partai-partai lama tidak mau mengikuti dan tak ikut dipengaruhi oleh faktor INTERNET, dinamika perubahan ini, dan mereka terpaksa bikin ’rontaan sekarat’ menentang gelombang perubahan yang semakin dahsyat. Dahsyat karena semakin banyak rakyat yang ambil bagian.

Ada juga kemungkinan lain bagi Gerindra, koalisi dengan PD, kedua partai kelihatannya ada ’kepentingan bersama’, pertama karena ada ’kesamaan’ militaris antara kedua pimpinan partai ini. Selain itu, PD mau ke mana? Gerindra saat ini adalah terdekat, menurut pemikiran SBY saja tentu.

Dari segi lain, ’koalisi’ ini banyak dipengaruhi oeh SBY sebagai presiden sekarang ini. Lain lagi nanti kalau dia sudah turun dari jabatan itu. Orang-orang extrovert PD yang menganggap kehidupan sebagai perlombaan dan yang harus menang, banyak yang tidak mau ikut kekalahan SBY dan kekalahan PD dari 20% 2009 ke 10% 2014. Banyak yang tidak mau ikut kalah dan menerima kekalahan begitu saja. Tradisi bajing loncat termasuk tradisi jadinya PD sendiri sejak semula. Banyak yang loncat ke kereta SBY ketika keretanya berlapis emas. Kalau sudah jadi kereta sapi, siapa yang mau ikut. Terutama sangat pantang bagi orang-orang extrovert.

Harapan ialah, dengan 10% PD tentu koalisi bikin kepastian bisa nyapres karena bersama bisa melebihi threshold 20%. Bagi Gerindra sebagai Capres dan PD Wapres. PD lebih kecil dari Gerindra, sudah ditandaskan lebih dulu oleh Waketum Gerindra. Banyak di PD ex Golkar dan tentu lebih memilih ’sipil’ Golkar ARB (14%) daripada pilih ’militer’ SBY-Prabowo. Karena itu, koalisi dengan PD juga bisa bernasib seperti koalisi dengan PPP, banyak faktor-faktor penyebabnya.

Dengan gagalnya nanti koalisi Gerindra dengan partai-partai lain, tentu menyapreskan diri bagi Prabowo sudah tak mungkin. Kalau begitu, hanya ada pertarungan antara Jokowi dan ARB. Nanti di pemilihan siapa yang milih siapa sudah sepenuhnya jadi ’rahasia’, tak ada diskusi atau dialog lagi. Tiap orang pikir sendiri, dan pilih sendiri. Pemilihan ’bebas dan rahasia’.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.