Kolom M.U. Ginting: Saka Wira Kartika

wira kartika
Foto: B. Kurnia Pargaulan P.

M.U. Ginting 2Sara Wira Kartika dibentuk berdasarkan Keputusan Bersama antara TNI AD dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor Perkasad 182/X/2007 dan Nomor 199 Tahun 2007 tentang Kerjasama dalam Usaha Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Bela Negara dan Kepramukaan. Diperkuat dengan Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor 13/Munas/2008 tentang Satuan Karya Pramuka Wira Kartika.

Dalam pelaksanaannya, Saka ini diatur oleh Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 205 Tahun 2009 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka Wira Kartika.

“Generasi muda bisa memperkuat hubungan antar peserta, menumbuhkan kebersamaan jiwa karsa, menguatkan mental para peserta, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kepribadian yang positif, menumbuhkan rasa kekeluargaan dan gotongroyong, serta menumbuhkan semangat untuk masa depan para generasi muda,” tutur Asep Sukarna Dandim Karo [Senin 25/5].

Inisiatif Kodim Karo ini sangat bagus mempersiapkan anak-anak muda atau generasi muda menghadapi masa depan. Olahraga selalu menambah persiapan fisik dan mental anak-anak.

Dalam pendiriannya (2007), Saka Wira Kartika masih belum tercantum keperluan hakiki abad 21 yaitu soal budaya dan kultur satu daerah tertentu atau apa yang disebut dengan ‘kearifan lokal’, yang juga merupakan unsur penting Reformasi. Gerakan kultur/ budaya satu nation atau satu daerah tertentu (di Eropah sekarang sebagai gerakan nasionalis) sudah merupakan gerakan kesedaran baru dunia. Karena itu, pendidikan atau pencerahan bagi generasi muda di tiap daerah tak bisa dipisahkan dari budaya lokal.

wira kartika 2Menanamkan pada siswa untuk mengenal dan memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyararakat di lingkungannya, memberikan pemahaman pentingnya hidup bermasyarakat, di sini dengan penduduk setempat adalah hal yang sangat penting bagi generasi muda kita. Belajar hidup berbudaya adalah pelajaran ilmiah dan tingkat tinggi yang juga bisa dimulai dari generasi yang masih muda, sehingga kepribadian nasional punya dasar kuat dalam diri generasi muda kita.

Di daerah ini, dilihat dari kehidupan sehari-hari generasi ini dalam lingkungan tradisi dan kultur satu suku tertentu yaitu suku Karo, yang juga penting diketahui adalah satu suku tertua di dunia lebih dari 7000 tahun. Ini artinya Karo punya kultur, budaya, way of thinking, filsafat hidup dan dialektikanya yang sangat tinggi sudah berumur lama tetapi masih aktual sekarang juga dalam kehidupan Karo dan dalam mengikuti perkembangan dunia.

Ini terlihat misalnya dari win win solution Karo ’sikuningen radu megersing, siagengen radu mbiring’ dan juga thesis-antithesis-synthesis Karo ’seh sura-sura tangkel sinanggel’ dan juga Panta Rei Karo ’aras jadi namo, namo jadi aras’. Dialektika Karo ini bisa dikatakan tertua di dunia karena budaya Karo juga sudah sangat tua.

Pendidikan fisik dan mental generasi muda ini tak bisa dipisahkan dari kehidupan nyata yang mereka alami tiap harinya (living reality), yaitu adat dan tradisi Karo serta juga way of thinkingnya. Mereka wajib mengetahui karena mereka hidup di situ. Konsep atau Pengetahuan soal kearifan lokal ini secara keseluruhan akan merupakan basis pengetahuan dan kepribadian nasional, dan selanjutnya banyak pengaruhnya juga terhadap ketahanan nasional negeri ini sebagai satu nation.

Kearifan lokal tidak akan pernah lenyap karena itulah juga kenyataan hidup tiap daerah, dan jadi kenyataan hidup bangsa kita sebagai satu Nation Besar dunia .


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.