Kolom M.U. Ginting: SIYONO

M.U. GINTING 3Pada mulanya ustaz ini sangat dipojokkan oleh kesatuan antiteror Polri. Sekarang, pandangan terhadap terorisme banyak perubahan, sehingga nama terorisme pun diganti bukan oleh ustaz Abu Bakar tetapi oleh Polri dan oleh Ban Ki Moon. Namanya oleh Polri dibikin ’neoterorisme’ dan oleh Ban Ki Moon diganti dengan nama ’extrimisme kekerasan’ dalam pidatonya di Jeneva (Konferensi Terorisme Dunia 7-8 April lalu).

Abu Bakar Ba’asyir, orang tua ini sangat tersiksa di sel penjara sampai sekarang juga. Tetapi, simpati publik kelihatannya semakin bertambah, bukan berkurang sejajar dengan perubahan pandangan atas terorisme itu, dan juga karena perlakuan yang dibuat oleh Densus dalam menangani ’terduga’ teroris Siyono sampai tewas. Banyak pembohongan publik dari Polri ditulis di media soal kematian Siyono ini. Dalam hal ini, patut diapresiasi inisiatif Muhamadiyah dan Pemuda Muhamadiyah yang telah ambil inisiatif autopsi jenazah Siyono yang tewasnya bukan karena perlawanannya seperti yang disiarkan Polri. 

SiyonoDalam menanggapi hasil autopsi itu, seorang anggota Fraksi DPR dari PAN bilang:“Hasilnya mengejutkan kita. Ternyata saudara Siyono mati akibat tindak kekerasan, bukan seperti yang diungkap jajaran Densus, kepolisian dan Menko Polhukam.” Ini dituturkan Fraksi PAN Teguh Juwarno. Selanjutnya Teguh juga katakan bahwa: “Sudah saatnya kita mengevaluasi kerja Densus 88. Jangan alat negara digunakan untuk membunuh rakyatnya sendiri.”

Wakil Presiden JK tegas bilang bahwa tak ada kaitan terorisme dengan agama Islam telah membikin sulit bagi pemerakarsa terorisme mengaitkan terorisme dengan Islam, dengan sendirinya juga mengaitkannya dengan ustaz Abu ini. Presiden Jokowi sudah tegaskan juga bahwa tak perlu takut sama terorisme, yang bikin banyak orang di Eropah berkeyakinan sama, dan malah bikin alasan karena selalu ada saja orang yang mau bunuh diri dengan bomnya, ini tak bisa dihindari di dunia ini kata mereka.



 

Penegasan Jokowi ini bikin gusar juga kang Obama sehingga mengingatkan pada konferensi terorisme di Washington, bahwa teroris bisa bawa bom nuklir sebesar buah apel saja dan bisa bikin mati ratusan ribu orang, katanya, seakan-akan mengingatkan kang Jokowi bahwa terorisme masih perlu ditakuti, karena bisa pakai bom nuklir . . . Hebat kang Obama. Seorang penulis David Stockman bilang kalau yang sangat menakutkan ialah apa yang dikatakan elit politik, bukan apa yang dibikin teroris.   

Perubahan pandangan terhadap terorisme ini dicetuskan oleh Presiden dan Wakil Presiden RI serta pemimpin dunia Katolik Paus Fransiskus yang dengan tegas menyatakan hubungan erat antara terorisme dengan perdagangan senjata. Paus Fransiskus katakan bahwa orang-orang ini (pedagang senjata) kasih makan keluarganya dengan duit berlumuran darah. Ini sangat merasuk ke hati sanubari publik dunia. 

Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond Junaidi Mahesa bahkan mempertanyakan apakah teroris ini benar ada atau dibuat ada agar Densus 88 mendapat anggaran negara. Dia malah bertanya: ”Teroris ini ada atau enggak sih hari ini?” Ini dikatakan oleh Desmond di Kompleks Parlemen, Senayan (Jakarta) [Selasa 12/4].




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.