Kolom M.U. Ginting: SOAL KONTRADIKSI (Bagian 2)

M.U. Gintingkontradiksi 3Kalau kita sejenak melihat kembali sejarah, terbuktilah sejarah besar kemanusiaan ialah sejarah perang. Perang adalah penyelesaian tingkat tertinggi kontradiksi. Berapa banyak manusia jadi korban karena perang? Dari segi lain, berapa banyak dan berapa tinggi pula kemajuan karena perang?

Bisa dilihat dengan jelas dalam kenyataan. Kapal-kapal perang, pesawat tempur dengan pilot jagoan. Sekarang pesawat tanpa pilot, tapi juga bisa bikin lebih efektif dalam membunuh dan membinasakan lawan. Pilot jagoan sudah berkurang pasarannya, atau tak perlu lagi.

Senjata ampuh, dan semakin ampuh, sampai sekarang masih terus diselidiki dan dikembangkan demi perang atau persiapan untuk perang atau menjaga perang. Terakhir, ada juga ’perang cyber’ (masih dalam tingkat perkembangan). Selanjutnya, perang dengan ilmu tinggi penggunaan elektronik yang hanya mengikutkan segelintir.

Perang elektronik itu ternyata tak bisa dipertahankan, seperti dengan munculnya orang-orang yang gigih memihak kemanusiaan dan pencerahan seperti Edward Snowden atau Julian Assange. Perang cyber yang tertutup jadi terbuka, dan bisa hilang, karena transparansi sudah menjadi ciri jaman ini, ciri generasi sekarang. Generasi jaman ini tidak mau hidup dalam suasana kegelapan pada abad-abad lalu. Abad 20 telah merupakan tempat singgah terakhir abad kegelapan.

Haruskah ada kontradiksi atau konflik supaya ada perubahan dan perkembangan?

Bukti-bukti dari sejarah perkembangan manusia memang begitu, konflik dan kontradiksilah yang telah jadi pendongkrak perubahan, perkembangan dan kemajuan yang begitu cepat. Begitu sudah terjadi sebelum Masehi maupun selama 2000 tahun Masehi.

Bahwa kontradiksi adalah kejadian ’alamiah’, tidak susah untuk memahaminya. Soalnya, kontradiksi ada di alam dan juga dalam pikiran manusia (orang Karo bilang ’seh sura-sura tangkel sinanggel’). Ini semua terjadi di luar kehendak per orangan, di luar kehendak manusia.

[one_third]Contohnya, Sinabung muntah-muntah[/one_third]

Alam dan universum jalan dan exis dalam kontradiksi atau kesimbangan kontradiksi. Di sini existensi adalah adanya balans (keseimbangan) antara hal-hal bertentangan (berkontradiksi). Setiap terjadinya ketidakseimbangan dalam alam sering bikin katastrof bagi manusia, tetapi kemudian datang balans yang baru lagi. Contohnya, Sinabung yang muntah-muntah belakangan, keseimbangan antara kekuatan semburan dengan penahannya tidak lagi dalam balans, gunung meletus, bikin penduduk sekitarnya/pengungsi menderita. Pengungsi menunggu balans yang baru dalam kontradiksi alam Sinabung.

Karena itu, kontradiksi atau konflik adalah hal-hal yang terjadi di luar kesadaran manusia, selalu datang ’otomatis’ dengan sendirinya. Begitu juga kontradiksi antara manusia dan grup manusia atau dalam pikiran manusia sebagai perorangan, terjadi tak henti-hentinya.

Setelah pengalaman sejarah konflik antara manusia yang begitu panjang selama 2000 tahun lebih, dan setelah membukukan analisa serta kesimpulan-kesimpulan penting perubahan perkembangan manusia dan saling hubungan sesamanya (terutama yang terjadi pada Abad 20), kelihatannya sekarang (Abad 21) banyak perubahan yang mendasar dan sangat penting.

Belum pernah dalam sejarah kemanusiaan atau sejarah konflik kemanusiaan dimana mayoritas manusia dan para politisi mengkedepankan DIALOG sebagai dasar utama solusi problem konflik kemanusiaan. Dialog, diskusi dan musyawarah secara terbuka, atau perdebatan ilmiah dalam penyelesaian kontradiksi atau konflik secara transparan.

Inilah perkembangan baru SEJARAH KEMANUSIAAN Abad 21 (Bersambung ke Bagian 3).

Berita Terkait:

Kolom M.U. Ginting: SOAL KONTRADIKSI (Bagian 1)


 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.