lahargo 3

M.U. GintingTingkat perkembangan negeri kita sekarang: siapa melindungi kepentingan siapa? Organisasi kepemudaan jadi garis depan pertempuran riil di lapangan dan jadi rebutan fatal antara pihak-pihak dengan kekuatan basis ekonomi yang beragam dalam satu negara yang lemah. Begitu juga tiap kesatuan aparatus negara sering jadi rebutan pengaruh berbagai kekuatan, terutama ekonomi tetapi juga politis.

Negara yang lemah yang kita jumpai di negeri-negeri berkembang seperti Indonesia (jelas sekarang bukan negara yang kuat) yang umumnya terdiri dari banyak etnis, banyak bahasa dan kultur/budaya serta beragam agama, di samping terus berhadapan dengan konflik dan perpecahan. Di banyak kejadian, sering tak mampu memberikan perlindungan atas warganya seperti yang baru terjadi di Medan dan banyak tempat lain.

Pengaruh pusat yang lemah atau diperlemah di beberapa daerah mengakibatkan penyimpangan yang berlebihan sebagian apparatus negara di daerah,  seperti kejadian seorang Iptu polisi dengan Kepala Desa Bangun Purba.

Fenomena korupsi yang tak mampu memberantasnya, yang kelihatannya sudah menjadi gejala dunia, yang sampai tingkat sekarang ini sepertinya tak mungkin lagi dihadapi sendirian oleh satu negara saja, terutama karena serangan bertubi-tubi dari luar (negara lain?) dalam bentuk penyadapan, obat-obatan (narkotika), judi, perusakan budaya/kultur dengan pelacuran, pornografi (dengan sendirinya HIV/AIDS), dagang ABG dsb.

Bahkan sering juga organisasi lain di luar pemerintahan menunjukkan pengaruh atau kekuatan yang melebihi pemerintahan negara bersangkutan, tidak mampu menghadapi tekanan dan tantangan dari organisasi bukan pemerintahan. Soal ini semua bisa dibaca lebih lengkap dalam tulisan-tulisan peneliti perkembangan negara lemah (Jason Sumich dalam ’Strong Party, Weak State’ dan  Susan Rice dalam ’Index of State Weakness in the Developing World’).

Dalam soal kepemudaan, organisasi PMS (Pemuda Merga Silima) masih lebih jauh dari ‘digunakan’ dan ‘menggunakan’. Dasar-dasar kepribadian dan patriotisme nasional yang sesuai dengan filsafat hidup Karo masih belum terhapus dan bahkan bisa dikembangkan lebih luas dalam PMS.

Karena itu, dari pihak etnis Karo masih ada selembar benang harapan untuk menjadikan PMS sebagai teladan pendekar perjuangan untuk KEADILAN dan DEMOKRASI.

Ini bukan tak mungkin, karena Karo, apapun yang terjadi, akan tetap mempertahankan ’sikuningen radu megersing, siagengen radu mbiring’. Artinya WIN/WIN solution dengan semua etnis, semua kultur dan semua bangsa di dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.