Kolom Muhammad Nurdin: DI-SKAKMAT EMAK-EMAK

Di sebuah warung fotokopi. Tak jauh dari rumah sakit tempat anak ke dua lahir. Beberapa dokumen difotokopi untuk keperluan pembuatan akta kelahiran. Saat kartu BPJS dikopi, seorang bapak bergaya kasual bertanya: “Itu kartu apa, pak?” Jawab saya ringan: “BPJS, pak.” Dimulailah obrolan tentang tetek-bengek BPJS. Mulai dari buatnya di mana, jadinya berapa hari, sampai manfaatnya.

Saya katakan, saya baru lahiran anak ke dua, pakai BPJS, dan gratis.

Bapak tadi mulailah memuji-muji BPJS. Katanya, sekarang enak, biaya kesehatan gratis. Sampai di titik ini, saya simpulkan bapak ini cukup obyektif menilai. Ia lanjutkan obrolan. Tapi, sekarang apa-apa sulit. Barang-barang mahal. Sembako mahal.

Duhh.. Rupanya, simpatisan ganti presiden ada di hadapan saya.

Saat saya tengah sibuk bertransaksi dengan abang-abang fotokopian, dengan nilai transaksi 3 rebuan itu, seorang emak-emak terlihat gelisah. Sambil membekap dokumen di keteknya, emak-emak ini bersiap untuk berkata-kata.

Katanya: “Pak… Sekarang tuh enak, sekolah gratis, berobat gratis.” Tau sendiri, kan, kalo emak-emak sewot, sekaligus murka, kayak gimana bentuknya?

Si emak tadi melanjutkan: “Di pasar, harga-harga stabil, kagak ada yang mahal. Hidup susah bukan karena harga-harga pada naek. Hidup susah karena orang gak mau kerja, gak mau hemat, gak mau nabung.”

Si bapak tadi seperti habis disuntik difteri. Lemas. Lunglai. Bibirnya keluh. Tak mampu membantah bahkan satu kata sekalipun. Emak-emak tadi selesai dengan urusannya dengan abang-abang fotokopi. Lalu pergi meninggalkan si bapak yang tengak syok. Ia pun melampiaskan kekesalannya ke saya. Ia berkata lagi, tapi kan kalo lebaran harga-harga pada naek?

Saya pun langsung menyambar: “Bapak, lebaran kemarin harga-harga stabil. Ayam masih di kisaran 40 rebu. Daging juga masih di 120 rebu. Makanya pergi ke pasar biar tau harga bahan makanan pokok, pak.”

Lantas. Urusan saya pun selesai. Saya meninggalkan si bapak tadi dalam kebingungan yang mendalam. Dalam hati saya berkata: “Emak-emak mau dilawan!”

Salam tempe setipis kartu ATM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.