Kolom Nisa Alwis: KEMERDEKAAN

Saat saya SD era 80an, tiap upacara hari Senin akan ada seorang siswa bertugas membacakan teks Pembukaan UUD 45 dengan lantang.

Sampai lama-lama semua jadi hafal di luar kepala:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.”

Well said, dan ini bisa diartikan dalam beragam konteks.

Pada intinya, rasa merdeka merupakan jalan bahagia paling dasar dan hakiki. Dalam hidup, kita harus mampu memerdekakan diri dari berbagai belenggu dan intimidasi. Agar kita merasakan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang tinggi.

Saya, memilih melepaskan diri dari kemelekatan pada tutup kepala setelah hampir seluruh hidup saya memakainya. Bagi saya, tafsir konservatif itu sudah cukup di masa saya. Anak-anakku adalah generasi baru biar bertumbuh dengan lebih merdeka di zamannya, zaman yang berbeda.

Konsep jilbab yang rigid telah menjadi alat kontrol bagi hidup wanita, hingga tak lagi berdaulat atas tubuhnya. Secara akal sehat dan tafsir kontekstual saya meyakini tak ada yang salah dengan rambut ini.

Tuhan menciptakannya sebagai mahkota, sehelai nampak atau semuanya Tuhan tak akan akan marah dan murka. Malah rasa suka cita memiliki dan merawat rambut itu amat berharga. Menjadi sumber estetika yang indah, dan rasa syukur atas anugrahNya.

Bapak ibu dan perempuan, semoga kita mampu berdaya, berbudaya, dan bahagia. Tanpa wajib tutup kepala kita semua tetap pribadi yang positif, santun, terhormat, dan baik-baik saja.

Salam hormat dan sayang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.