Kolom Nisa Alwis: KULTUR PATRIARKHI

Mengenai kultur patriarkhi, yaitu sistem nilai yang menempatkan laki-laki lebih tinggi dari perempuan dalam segala aspek kehidupan. Ini jadi warna sejarah di berbagai belahan dunia meski dengan pola berbeda. Kritik atas sistem ini sudah jadi pengetahuan umum, budaya patriarkhi disadari sebagai akar ketidakadilan. Pemikiran manusia yang semakin maju, semakin menyepakati bahwa azaz keadilan adalah kunci bagi tatanan kehidupan yang baik, bagi harkat kemanusiaan, dan kualitas peradaban.

Demokrasi menjunjung tinggi cita-cita ini.

Kultur patriarkhi perlu dikikis. Sebab, selama laki-laki dan perempuan jomplang, tidak setara, akan selalu ada penindasan, pelecehan, dan konflik-konflik ketidakadilan yang membuat manusia jadi sengsara.

Di kita ada Ibu Kartini, sekitar 100 tahun lalu resah akan praktek patriarkhi di negeri ini. Baginya perempuan butuh diberi ruang seluas-luasnya, dicerdaskan, diberdayakan. Jangan dikungkung dan dikekang atas nama adat, keyakinan, dan budaya lama yang statis.

Begitu jika ingin sebuah masyarakat maju dan dinamis. Ibu Kartini adalah produk zaman abad 19 yang lebih maju dari era abad 9. Selang seribu tahun dari masa para fuqoha. Maka jika sekarang, kita kembali diajak ke suatu masa dimana patriarkhi begitu kentalnya, sehingga perempuan menjadi objek aturan wajib ini, wajib itu, dilarang begini, haram begitu, will you?

Supaya tidak terjadi kekacauan, bukan perempuan yang ditekan, karena menjaga diri adalah keharusan semua, laki-laki dan perempuan sama. Kecuali anda kembali ke zaman jahiliyah, yang Nabi saja ingin beranjak darinya.

Gadis-gadis Suku Karo

Belajar dari kasus HW, serta seabreg kejadian serupa lainnya… Sangat clear! Pangkal kekacauan bukan pada tubuh perempuan. Tapi pada otak bejad manusia mesum. Kurang menutup aurat bagaimana lagi itu para santri, tapi si HW tidak perduli. Tidak ada hubungannya jika wanita terlihat rambutnya lalu akan kacau dunia.

Wanita harus diancam neraka agar menutup sekujur tubuhnya, supaya laki-laki tidak maksiat lagi. Owalaaa, aroma patriarkhis jaman jebot yang culas habis. Peradaban sudah modern pemikiran masih jahiliyah saja. Hompimpa alaihum gambreng!!

Hidup ini mbok ya yang wajar-wajar dan normal-normal saja. Tidak ada yang lebih baik dari kita kecuali takwa. Pakaian takwa (لباس التقوى ) itu metafora. Bukan baju gamis syar’i atau baju koko ya…

Melainkan kebersihan hati dan pikiran, kebaikan perkataan dan perbuatan yang mengangkat harkat kemanusiaan. Bukan aturan yang menekan, tetapi penghormatan yang membebaskan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.