Kolom Olguito M.X. Fernandes: PRABOWO SUBlANTO BERKHlANAT Dl TlMTIM

Judul di atas saya ambil dari sebuah laporan hasil wawancara seorang mahasiswa S2 Kajian Strategik lntelijen Universitas Indonesia bernama Stanislaus Riyanta dengan Kolonel (purn) Gatal Purwanto (Asisten lntelijen merangkap Komandan Satgas lntelijen) pada tanggal 24 April 2015 dengan judul yang sama.

Berikut kutipannya, “Bagaimana sebenarnya peristiwa Santa Cruz 12 November 1991?

Saya belum membuat riset secara ilmiah, tetapi secara umum kita merasakan bahwa peristiwa itu banyak diciptakan oleh Prabowo (Prabowo Subianto) dengan SA (seorang pejabat sipil & tokoh APODETl). Karena SA sudah tahu ada kunjungan Human Right dari PBB, pada saat itu tidak ada masalah, peristiwa sudah baik-baik saja.

Satu minggu sebelum kedatangan Human Right ini massa yang dikendalikan SA melakukan provokasi ke Gereja, mereka menembak mati Sebastiao. Peristiwa ini terjadi satu minggu sebelum kedatangan Human Right. Menurut saya semua diciptakan sehingga pada saat Human Right datang SA juga bisa masuk ke dalam kelompok yang anti pemerintah untuk membuat tabur bunga yang mengerahkan massa banyak.

Apa motifnya untuk menciptakan peristiwa ini?

Untuk menjatuhkan kita, para pemimpin militer yang ada di sana.

Apa intelijen tidak membaca akan ada peristiwa itu?

Itulah, saya juga ditegur oleh Pak Sintong, “Kenapa kamu tidak mewaspadai?” Saya bilang, “Prabowo datang saya tidak pernah berpikir orang kita akan mengkhianati kita. Saya pikir kalau Prabowo datang dia…”

Dalam tulisan saya berjudul PAPUA FlRST tertanggal 30 November 2017 saya mengungkapkan, “Belajarlah dari kasus Timor Timur (Peristiwa Santa Cruz 12 November 1991). Peristiwa Santa Cruz menjadi titik balik arus gelombang anti integrasi yang didukung PBB. Sehingga kita tidak mampu dan tidak berdaya membendung arus gelombang yang maha dahsyat itu. Akhirnya tanggul kuat yang dibangun pada 17 Juli 1976 pun jebol pada tanggal 30 Agustus 1999, melalui jajak pendapat yang penuh kecurangan.”

Saya sampai pada satu keyakinan bahwa jika tidak ada Tragedi Santa Cruz, maka jajak pendapat pun tidak pernah ada.

Dalam Tragedi Santa Cruz banyak korban meninggal dan luka-luka.

Dapat saya simpulkan bahwa akibat dari Tragedi Santa Cruz adalah Jajak Pendapat 30 Agustus 1999.

Kiranya kita dapat belajar banyak dari peristiwa kelam itu untuk menata dan membangun langkah-langkah kita menuju Reunifikasi. Reunifikasi bukanlah jalan yang mudah (bukan jalan tol) ditempuh. Oleh karena itu kita perlu dan harus menghitung kembali: Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan/ ancaman. Bung selamat berjuang.

“Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.”

Catatan :
SA adalah nama yang saya samarkan. Dalam laporan itu nama beliau tertulis jelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.