Kolom Ray Bambino: QUO VADIS REVOLUSI MENTAL

Pada 2014, Jokowi “berperang” dengan jargon “Indonesia Hebat dengan Revolusi Mental”. Tapi, jargon yahud tersebut tidaj dipakai lagi untuk berjuang di 2019, kenapa? Karena rakyat belum siap. Revolusi Mental itu hanya mudah diucapkan, tapi jelas sulit untuk diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari; baik oleh politisi, pengusaha, maupun oleh rakyat.

Revolusi Mental imembuang mental terjajah, mental korup, mental serakah, dan mental intoleran serta mental oportunis.

Seorang politisi terlalu berat “mengamalkan” ini, dan seorang pengusaha pun akan sangat sulit menerapkannya jika dikaitkan dengan bisnisnya. Seorang pengusaha akan sangat kerepotan jika harus menjalankan bisnisnya sesuai dengan peraturan hukum yang ada dari mulai perizinan, pajak sampai sistem pengupahan terhadap pekerja atau buruhnya.

Kesulitan politisi terletak pada dimensi politik kita yang masih “berpedoman” pada “politik dagang sapi”. Khusus untuk rakyat kebanyakan, masih bisa dimaklumi jika tidak mau atau tidak mampu menjalankan semangat Revolusi Mental itu. Mereka hanyalah objek penderita dari para pelaku politik dan pelaku bisnis. Keberadaannya menjadi alat kekuasaan yang hanya diperlukan saat-saat tertentu, lalu dibuang setelah sudah tidak diperlukan.

Dengan fakta ini, bukan berarti semangat Revolusi Mental yang “dikenalkan” oleh Jokowi harus diberangus, akan tetapi justru harus terus “dipupuk” meskipun “tembok besar” menghadang.

Akhirnya, saya hanya dapat berbisik…. Perjuangan kita belum selesai dan semoga anak cucu kita kelak dapat memperjuangkan “Indonesia Hebat dengan Revolusi Mental”.

#Salam “Berpikir Gila” ☕?




One thought on “Kolom Ray Bambino: QUO VADIS REVOLUSI MENTAL

  1. “Mereka hanyalah objek penderita dari para pelaku politik dan pelaku bisnis. Keberadaannya menjadi alat kekuasaan yang hanya diperlukan saat-saat tertentu, lalu dibuang setelah sudah tidak diperlukan.

    Dengan fakta ini, bukan berarti semangat Revolusi Mental yang “dikenalkan” oleh Jokowi harus diberangus, akan tetapi justru harus terus “dipupuk” meskipun “tembok besar” menghadang.”
    Bravo.
    Ini kalimat yang sangat jelas menggambarkan situasi dan tuntutan situasi’

    Betul jangan diberangus semangat Revolusi Mental he he tetapi dipertinggi kualitasnya dengan terus menerus memperdalam pengetahuan dari informasi internet yang terus menerus mengalir cepat dan tinggal baca. Revolusi mental kuncinya ialah INFORMASI DAN PENGETAHUAN, penambahan informasi dan perluasan serta pendalaman pengetahuan terus menerus. Artinya juga ialah bahwa mind control dan brainwashing yang sudah 170 tahun (sejak manifesto partai komunis 1848) bersarang di otak manusia, berangsur-angsur dihilangkan. Mulai sekarang harus dilenyapan, bagaimana melenyapkannya?
    KUNCINYA tadi: informasi, pengetahuan, informasi, pengetahuan terus-terusan INFORMASI dan PENGETAHUAN.

    Salah satu contoh tipikal mind conrtol dan brainwashing yang sudah 170 tahun itu dan semua merasakan dan mengerti ialah misalnya konflik ‘kiri’ dan ‘kanan’. Kalau masih percaya soal ini . . . berarti mind controlnya masih berlaku. Juga antara ‘sosialisme/komunisme’ kontra ‘kapitalisme’ atau ‘neoliberalisme’. Atau masih belum bisa membedakan antara ‘internasionalisme’ dengan ‘globalisme’, karena ini memang dikaburkan oleh kelompok NWO. Globalisme adalah politik kekuasaan global demi NWO, sedangkan internasionalisme (bukan internasionalisme Marx) tetapi model internasionalisme Trump, atas dasar menghormati tiap kepentingan nasional, ekonomi dan kulturnya. BILATERAL kata Trump.

    Kunci semua itu untuk lebih memudahkan pembelajaran ialah dengan memakai KONTRADIKSI UTAMA dunia sekarang sebagai dasar analisa semua soal politik penting dunia. Misalnya ISIS, pemboman WTC, figur jailangkung bin Ladin, teror Thamrin, teror Nice, dan mengapa terorisme internasional itu menyusut tetapi narkoba dan pornografi semakin merajalela dsb dsb . . . hanya mungkin cepat dimengerti dengan pemahaman KONTRADIKSI UTAMA itu. Melihat sumber utama semua konflik besar dunia dari segi kepentingan globalis NWO kontra kepentingan nasional bangsa-bangsa dunia.

    Bisakah kita menganalisa perpecahan 1965 tanpa melihat dari situ?
    Bisakah kita menlai Freeport Papua tanpa melihat dari situ?
    Bisakah kita menilai pemboman WTC tanpa melihat dari situ?
    Bisakah kita menilai deep state terus menerus mebusuk-busukkan Trump bahkan dengan makian anonim di media besar NYT (New York Time) baru-baru ini?
    Bisakah kita menilai mengapa cara anonim dan rahasia masih terus dipakai di AS? Dan siapa yang masih terus pakai?
    Bisakah kita menilai mengapa rakyat Eropah mau keluar dari UE dan mengapa partai-partai nasionalis di Eropah semakin membesar dan membesar tanpa melihat dari kontradiksi utama itu?
    Bisakah kita menilai mengapa Trump anti globalis, anti the establishment, anti PC, anti free trade organisations tetapi mengutamakan trade BILATERAL? Mengutamakan kepentingan nasional AS?
    Wakka kha . . . semuanya ini sangat menarik dan menggembirakan jika sudah menemukan jawabannya.

    Salah satu yang sangat sulit untuk dimengerti harus juga kita akui yaitu PC itu atau POLITCAL CORRECTNESS. Orang-orang Amerika sendiri susah menjelaskan TETAPI semuanya MERASAKAN. Dan kalau Trump ngomong soal ini (terus terang tanpa anonim, tanpa kerahasiaan) umumnya rakyat Amerika lantas mengerti.

    MARI BELAJAR KONTRADIKSI UTAMA DUNIA. Kontradiksi (konflik) ini menentukan siapa yang bakal menguasai dunia, NWO atau tiap bangsa (nation) jadi penguasa di nation masing-masing dan kerjasama dengan semua bangsa lain atas dasar kesamaan dan kebebasan dalam lapangan ekonomi, kultur dan kedamaian dunia. Tidak ada pemimpin pusat sperti NWO atau pemerintahan global lainnya kayak free-trade organisation dalam bidang ekonomi. Tidak ada bank dunia yang mengontrol finans bangsa-bangsa lain. Ekonomi dan finans harus dipimpin oleh bangsa masing-masing negeri dan bekerjasama dengan semua negeri secara BILATERAL. Tidak ada badan kultur global yang mengatur semua kultur bangsa-bangsa lain atau mau menghapuskan kultur-kultur bangsa lain dengan menciptakan smacam ‘kultur global’. Semua bangsa mengharagai dan menghormati kultur tiap bangsa lain, dan bersama senang dan bergairah secara saling mengerti mengembangkan kultur/budaya masing-masing nation dunia.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.