Kolom Sanji Ono: PEKANBARU KOTA MADANI BUKAN KOTA INTOLERANSI

Menyelengarakan acara dan berakhir sukses di tengah seupil intimidasi itu rasanya kayak ngelamar anak orang. Saat ketemu ortunya, si camer ngomong: “Yang penting kalian udah saling mencintai dan udah siap menjalani hidup, karena di zaman Jokowi semunya serba susah. Tapi, kalau udah siap, yah, kami cuma bisa merestui.”

Sebelum hari H acara Kebinekaan Menjaga Indonesia, ada beberapa spanduk penolakan yang mengatasnamakan masyarakat Riau. Mereka menulis: “Masyarakat Riau menolak kedatangan Denny Siregar yang Syiah dan Eko Kunadhi yang Liberal.” Entahlah, mungkin karena kebanyakan Makan Lengkuas mereka jadi oot, mana mungkin Liberal dan syiah bisa bersatu.

Pagi hari di lokasi acara, ada pemandangan kontras pas di depan Hotel Alfa tempat berlangsungnya acara. Puluhan mungkin ratusan laskar banser di bawah komandan Kang Purwaji berbaris rapi sedangkan di seberang hotel ada 4 pria berdaster mengangkat poster-poster penolakan, kayak ibu-ibu yang demo kehabisan jatah beras subsidi. Aksi mereka tak berlangsung lama. Mungkin sadar kalah jumlah akhirnya mereka bubar sebelum mendapat jatah nasi bungkus.

Acara berlangsung meriah 350-400 kursi undangan full terisi bahkan sebagian terpaksa harus berdiri. Tokoh-tokoh Riau yang berjiwa moderat dan kental nasionalisme banyak yang hadir seperti perwakilan Tokoh Jawa Riau, Tokoh Minang Riau, Tokoh Batak Riau dan Tokoh Melayu Riau yang mewakili LAM (Lembaga Adat Melayu) serta beberapa anggota DPRD baik kota maupun provinsi.

Kedatangan mereka seperti tamparan keras untuk kaum bumi datar yang sejak awal koar-koar mengkampanyekan penolakan seperti Budi Setiawan. Bener seperti kata Gus Yakut Ketua GP Ansor: “Suara mereka aja yang nyaring tapi jumlahnya cuma beberapa orang.” Mungkn mereka akan jawab: “Loe lihat tuh masa kami yang datang ke Monas 212 kemarin, 7 juta orang cui. Loe masih ratusan orang belagu…”

Eh pasien mak erot, yg datang kemarin ke monas itu bukan semuanya masa FPI atau HTI sebagian besar adalah beneran umat Islam yang terprovokasi karena isu Sara yang kalian lemparkan. Mau buktinya? Tuh lihat waktu kalian demo membela Riziq saat dijadikan tersangka kasus chat mesum berapa orang yang datang? Cuma puluhan coi, kagak sampai ribuan.

Walaupun bos Saracen ngumpetnya di Pekanbaru, tapi kami tak rela kota ini dijadikan kota intoleran seperti kota-kota lain di indonesia yang walikota/ bupati atau gubernurnya dari Partai Koalisi Sapi. Sudah terbukti semua kota yang mereka kuasai masyarakatnya rata-rata menjadi intoleran. Karena Pekanbaru itu Kota Madani bukan Kota intoleransi.

Untuk mas Eko cs, mbak Dian Roslila dan tim panitia lainnya plus bang Birgaldo Sinaga, thx udah singgah ke warung ane. Maaf, llupa kemarin kasih diskon, ane Janji next 5x datang berturut dapat 2 ekor unta plus kandangnya. Wkwkkw, untuk bang Denny Siregar, jangan lupa dgn janji ngopi barengnya siang ini.











Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.