Kolom Soibah E. Sari: IKUT-IKUTAN DOANK

Dua hari yang lalu ada seorang teman yang share videonya sedang demo. Teman ini adalah seorang buruh pabrik. Dengan bangganya dia cerita ke saya tentang kegiatan demo mereka tersebut. Sebenarnya saya justru jengkel dengan penuturannya tentang isi tuntutan dan alasan mereka melakukan demo.

Entah setan apa yang merasuki pikiran saya saat itu.

Mendengar semua celotehnya yang menurut saya sedikit “ngelunjak” saya jawab dengan ketus: “Kalian ini lucu jadi buruh. Bukannya bersyukur punya pekerjaan tetap, tunjangan macam-macam malah sibuk aja dema-demo.”

“Kalian bisa apa kalo para owner pabrik itu berpikir ulang mempekerjakan kalian yang keluar fokus. Mau-maunya ditunggangi oknum yang berkepentingan. Gimana kalo para owner itu kesal dan malah mindahin pabriknya ke negara tetangga yang manusianya lebih gampang diatur dan perizinannya tidak njelimet? Mau bayar pake apa hutang kulkas, motor, mobil, tivi, HP, pinjaman di bank, hutang baju, BH, panci, rumah, dan lain-lain kalian itu?”

Saya masih mengetik lanjut mau ngomel, taunya saya udah diblokir. Kalo merasa jadi buruh diperbudak, atuh, kerja sendiri donk. Jual cilok kek, pecel kek, peyek kek, atau apalah yang usaha sendiri.

Hidup kadang seriweh itu memang, ya gini ini, kalo ikut-ikutan doank demonya. Mikirnya suka ngawur dan kesannya kurang bersyukur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.