Kolom Soibah E. Sari: MINYAK GORENG — Where Are You Now?

Masih heboh soal minyak goreng kan? Aku lho gak pernah ribet soal itu. Mau mahal/murah aku mah biasa aja. Bahkan cabe harga selangitpun aku tetap beli. Pernah waktu cabe mahal pake bingits aku beli 1 ons 10 ribu isinya cuma tujuh biji. Begitu juga jengkol.

Meskipun mahal, kalo pengen aku beli aja, dan nggak pernah heboh apalagi ikut-ikutan antri di maret-maret atau swalayan manapun.

Bukannya karena aku orang kaya atau sombong, tetapi aku memang orangnya simpel. Kalo sembako lagi mahal, aku biasa aja melihat hal itu. Nggak terlalu aku pikirin. Aku kalem aja.

Saat semua orang ribut soal minyak goreng yang katanya langka, aku malah nemu minyak goreng setiap saat ada di warung dekat rumah. Padahal tetangga kiri kanan udah heboh bagi-bagi kupon minyak murah, aku memilih santai aja.

Melihat mereka-mereka segitu hebohnya gegara minyak goreng malah jadi hiburan tersendiri buat aku. Bayangkan! Demi memburu minyak goreng murah, aku melihat seseibu lagi berdiri di antrian di suatu maret-maret keringatnya ampe bercucuran.

Kerudungnya miring. Lipstiknya belepotan gegara seseibu itu minum es yang wadahnya plastik pakai sedotan, sambil gendong anak. Kemudian minumannya terlempar dari tangan seseibu itu karena direbut anaknya. Hadeuhhh

Belum lagi, ada yang bawa anak dua orang, berantem di antrian yang cukup panjang juga. Emaknya sibuk ngomel panjang pendek. Ada lagi yang sambil terkantuk-kantuk. Ada yang duduk-berdiri, ada yang sibuk selfie. Ada yang sambil nyusuin bapaknya, eehhh anaknya.

Ada yang bawa cucian, ada yang sambil bikin cilok, ada yang sambil main piano…. hahahaha…. bohong deng. Alinea terakhir itu hoaks kok. Aku cuma gerah aja dengan fenomena perminyakgorengan ini. Sungguh membagongkan sekali rasanya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.