KONSERVASI ALAM DI DELENG GANJANG — Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional

Laporan SALMEN KEMBAREN dari Barusjahe (Karo Julu)

Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) diperingati setiap tanggal 10 Agustus setiap tahunnya. Secara nasional tahun ini diselenggarakan di Provinsi Bali. Namun demikian, rangkaian kegiatan dan acara dilangsungkan dalam pekan HKAN di berbagai penjuru Nusantara. Tema HKAN 2022 yakni ‘Amertha Taksu Abhinaya Memulihkan Alam untuk Kesejahteraan Masyarakat’.

Beberapa komunitas dan lembaga melangsungkan kegiatan di berbagai tempat.

Di Langkat misalnya, kegiatan dilaksanakan di Pamah Simelir, tepatnya di Jendela Bambu Leuser pada 10 Agustus 2022. Demikian juga pada tanggal yang sama dilangsungkan juga di Tangkahen.

Di Karo, kegiatan dilaksanakan di Deleng Ganjang. Acara dihadiri dan didukung oleh beberapa komunitas seperti Yayasan Cendana Lestari, Das Tinipay Garten selaku pengelola tempat acara, Komunitas Himatala, Big Family Sumut, Karosatuklik.com, Apedi Kabupaten Karo, Dewisnu Kabupaten Karo. Acara tersebut juga didukung oleh KPH XV Kabanjahe dan PDAM Tirta Malem.

Acara HKAN di Karo mengusung tema Serumpun Sebambu. Rangkaian kegiatan dilaksanakan di Badigulan Riverside, Das Tinipay Garten Desa Serdang (Kabupaten Karo) pada 13 – 14 Agustus 2022. Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada 13 Agustus adalah sharing/ diskusi peduli lingkungan (hutan, sungai, satwa liar).

Konservasi Alam masih sangat rendah di warga Sumut sehingga perlu gencar melakukan edukasi. Hal tersebut terlihat dari masih tingginya tingkat perusakan hutan, perburuan satwa dan aktivitas illegal lainnya.

Selain itu, diskusi juga membahas pengenalan bambu sebagai tanaman konservasi dan masih minimnya teknologi pemanfaatan bambu di Sumatera Utara. Selama diskusi berlangsung acara diselingi dengan musik akustik dari The Bambus Medan. Acara malam ditutup dengan Camping Cantik.

Keesokan harinya (14 Agustus 2022) peserta kemudian melakukan aksi tanam bambu dan tanaman buah di lahan warga sekitar. Beberapa peserta juga melakukan cleaning river atau pembersihan jalur Sungai Badigulan dari sampah.

Perlu diketahui bahwa Sungai Badigulan adalah hulu Sungai Lau Bigan – Wampu sumber air minum bagi beberapa desa di Kecamatan Barus Jahe. Kegiatan kemudian ditutup dengan treking ke Deleng Ganjang.

Tahun ini semua peserta membawa logistik dan tenda masing masing. Sebagai aksi dalam partisipasi setiap peserta dan komunitas diwajibkan membawa 1 bibit, yang apat diganti dengan uang Rp. 10 ribu ke panitia.

Ketua panitia acara (Anwar Saleh Harahap) berterimakasih kepada semua pihak yang sudah bergabung dan memberi dukungan khusus: Yoyo Budiman – Jawa Barat (2 bibit bambu Guadua Venezuela), Roni Surbakti – Kabanjahe (bambu hitam, kulit manis dan cengkeh), N. Akelaras – Medan (2 bibit durian), Juara R Ginting – Belanda (2 bibit manggis), Ita Apulina Silangit (Pemred Sora Sirulo) – Jakarta (bibit sawo), Beatriz Van Der Goez – Leiden, Netherland (2 bambu kuning).

“Kami tidak menyangka, di tengah tingginya ancaman konservasi alam kita, masih tetap ada hati yang mau beraksi dan peduli bahkan dari berbagai penjuru dunia,” ujarnya.

Ia juga berharap semakin banyak orang yang peduli dalam kegiatan berikutnya.

“Tugas kita sebagai komunitas dan lembaga adalah menjadi simpul bagi orang orang yang peduli terhadap konservasi lingkungan,” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.