Kolom M. U. Ginting: Masuk ke Jantung Negara China

Kepulauan batu-batuan (karang) yang ada di Laut China Selatan, diduga sebagai sumber energi terutama minyak, atau juga sebagai perluasan daerah, menjadi sengketa orang China dengan negeri-negeri berdekatan; seperti Paracel Islanda dengan Vietnam, Spratly Islandas  dengan Filipina, Malaysia dan Brunei, Natuna dengan Indonesia. Batas dengan nama terkenal ‘9 dash line’, membatasi akses semua negeri-negeri ini ke Laut China Selatan, selain China sendiri.

Siapakah yang menciptakan batas 9 dash line ini?

Kalau China, maka ini jelas tidak adil. Patutnya siapa yang paling dekat geografis ke kepulauan itu, dialah yang lebih berhak, atau dijadikan milik internasional (milik semua negeri sekitar Laut China Selatan).

Kepulauan ini, kalaupun tidak ada SDAnya bisa dijadikan tempat turisme di masa depan, jadi kepulauan persahabatan dan perdamaian. Tetapi, sekarang, dikabarkan China malah sedang membangun pangkalan militer di sana. Duitnya banyak bisa bangun apa saja tentunya. Tetapi ini tentu tanda-tanda perang, bukan tanda persahabatan. Politik ini terlihat bertentangan juga dengan penjelasan Xi Jinping barusan saja di Geneva menginginkan cara damai dalam menyelesaikan soal, dan juga dalam usulnya yang ‘luar biasa’ pelarangan atas bom atom di seluruh dunia.

Kehebatan China Abad 21 ialah peningkatan ekonominya yang tak ada bandingannya di dunia dengan negara mana saja. Rahasianya ialah produksinya yang laku dan dibeli oleh seluruh dunia. Carilah toko di dunia yang tidak menjual barang China, jarang sekali. Karena itu juga ‘kematian’ China ialah kalau produksinya diboikot atau tidak laku dijual di banyak negeri. Sebelum pemboikotan ini sajapun, sudah banyak sekali pengangguran di China, terlihat juga bagaimana buruh-buruh ilegal China pada menyelinap masuk ke Indonesia.

Salah satu  konflik China dengan Trump ialah karena Trump mengancam akan menyetop produksi China masuk ke AS atau menaikkan pajak masuk sedemikian sehingga produksinya tidak bisa lagi dijual di AS. Trump demi ‘America First’ ingin melindungi fabrik-fabrik AS keluar ke China atau ke negeri ‘murah’ lainnya dengan mendenda perusahaan itu atau dengan menaikkan pajak masuk produksi mereka setinggi mungkin.

Selama ini, fabrik-fabrik AS kosong dan berkarat, pengangguran sekarat, karena pindah ke negeri murah tenaga kerjanya. Trump akan mengubah politik cari tenaga murah ini dengan tindakan konkret untuk melindungi kelas buruh AS dari pengangguran. Trump sudah berhasil dalam mencegah keluarnya Ford dan Toyota ke Mexico.

Trump akan mengganti ‘free trade’ dengan ‘smart trade’. Artinya, perjanjian perdagangan dilakukan secara bilateral, perundingan yang menguntungkan antara dua negeri. Ini dilakukan tanpa melibatkan organisasi ke 3 seperti TPP yang kemarin hari pertama di Gedung Putih Trump sudah menandatangani dihapuskannya  perjanjian itu. AS tidak ikut lagi. TPP dibentuk oleh Obama.

Bayangkan kalau AS Trump dan negeri-negeri sekitar Laut China Selatan memboikot produksi China . . .  Itulah kunci masuk ke ‘jantung China’. Orang China tidak mungkin survive (bertahan hidup) hanya dengan meminum air Laut China Selatan, masih terlalu asin!




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.