Kolom Sada Arih Sinulingga: MEMBANGUN SOLIDARITAS SUKU KARO

SADA ARIH 5Sejujurnya, saya kagum kepada Suku Batak. Di mana pun Orang Batak berada, pada umumnya mereka mencari “kaumnya” untuk bisa saling berdekatan tempat tinggal, saling membantu dalam mendapatkan pekerjaan, karir dan usaha. Jika ada masalah diantara salah seorang dari sukunya dengan suku yang lain, biasanya mereka langsung terlibat ikut membantu baik salah apalagi benar.

Suku Batak yang saya kenal memang memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Berdasarkan penelusuranku, ada beberapa hal yang membuat mereka memiliki rasa solidaritas tinggi, sebagai berikut :

1. Orang Batak memiliki simbol-simbol persatuan seperti Tarombo Siraja Batak, Tarombo Marga Tertentu, dan tugu-tugu nenek moyang mereka.

manuk
Manuk cabur bintang dalam sebuah acara adat Suku Karo. Foto: RUDY PINEM.

2. Orang Batak merupakan suku perantau. Karena kondisi geografis alam dan relatif jauh dari ibukota provinsi, maka umumnya mereka menjadi perantau; baik ke daerah tetangga, ke ibukota provinsi, ke provinsi lain, ke ibukota negara bahkan keluar negeri. Karena perantau ini maka kebersamaan diperlukan dengan membentuk perkumpulan (organisasi) marga atau perkumpulan Suku Batak.

3. Orang Batak memiliki agama yang homogen. Hampir tidak dapat dipisahkan antara Batak dan agama Kristen yang umumnya HKBP, dan gereja pecahannya seperti GKPI, HKI, sebagian RK dan baru mulai masuk Gereja beraliran Karismatik.

4. Orientasi Orang Batak untuk maju melalui pendidikan terkenal sangat tinggi. Bagi orang Batak, dengan memiliki pendidikan maka akan bisa memiliki pekerjaan dan bisa hidup sejahtera karena memang alamnya tidak memberi kesejahteraan secara maksimal.

Berbeda halnya dengan Suku Karo, perbandingannya adalah sebagai berikut:

1. Suku Karo tidak memiliki simbol-simbol persatuan seperti Suku Batak yakni tidak ada Tarombo Karo, tidak ada Tarombo Marga, tidak ada tugu nenek moyang.

2. Suku Karo memiliki tingkat kesuburan tanah yang baik , dekat dengan ibukota provinsi sehingga jarang merantau ke daerah lain. Jika ada yang merantau biasanya cenderung pemain tunggal, tidak mengharapkan bantuan sesama orang Karo karena tingginya rasa malu meminta dan rasa gengsi. Karena itu, Orang Karo biasanya kurang suka berorganisasi dalam bentuk kumpulan marga atau perkumpulan Suku Karo tidak menonjol bahkan jarang yang eksis.

3. Suku Karo memiliki agama yang berbeda-beda. Perbandingan antara yang beragama Kristen dan Islam diperkirakan sekitar 60% Kristen, Islam 35%, sisanya agama lain. Yang beragama Kristen terbagi dalam beberapa Gereja seperti GBKP, GIKI, gereja beraliran karismatik pun cukup banyak.




4. Karena faktor kesuburan tanah mulai dari pesisir sampai ke pegunungan maka orang Karo dikenal makmur bila dibandingkan dengan daerah lain. Oleh karena itu, orientasi mendapatkan kemajuan dari sektor pendidikan tidak setinggi Suku Batak. Orientasi Suku Karo adalah orientasi kekayaan materi, dengan banyak uang akan dihormati orang lain.

5. Suku Karo terpecah-pecah dalam beberapa pemerintahan kabupaten/ Kota yang bergabung dengan Suku Melayu dan suku-suku pendatang yang cukup besar seperti Jawa dan lain-lainnya. Oleh karena itu, orang-orang Karo sudah terbiasa terbuka dan nasionalis pergaulannya sehingga cenderung melemahkan rasa sukuisme terhadap suku sendiri.

Berdasarkan beberapa kenyataan ini maka Suku Karo, dimana pun berada ada kecenderungan kurang membangun group. Baik dalam lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan pekerjaan.

Dengan adanya gerakan KBB (Karo Bukan Batak), diharapkan ada perubahan signifikan terhadap lahirnya rasa solidaritas sesama Suku Karo yang semakin tinggi dimanapun berada. Suku Karo sesungguhnya terkenal memiliki rasa solidaritas yang sangat tinggi di masa penjajahan, namun terkikis oleh waktu dan gempuran-gempuran dari segala penjuru angin.

Akankah kita biarkan Karo tenggelam dalam dari kebesarannya dalam sejarah peradaban bangsa?

Tentu kita harus sepakat untuk menjaganya. Menjaga jatidiri Suku Karo. Suku Karo diharapkan semakin solid melalui gerakan KBB ini.




One thought on “Kolom Sada Arih Sinulingga: MEMBANGUN SOLIDARITAS SUKU KARO

  1. Anda boleh membuat statement sprti ini, mungkin anda tidak pernh merantau, kami ditanah perantauan sngt gemar membuat persatuan, baik itu dalam kumpulan agama, suku, marga ataupun perkumpulan satu kampung, hal itu kami lakukan untuk mengobati rasa ribdu kami kepada kampung halaman, dan mengenai karo bukan batak, itu jelas pro dan kontra, klo menurut saya pribadi karo itu memang batak, makanya namanya batak karo,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.