Mencari Celah Persembunyian Seni Ukir (Ragam Hias ) Karo

Oleh: Kriswanto Ginting (Berastagi)

 

kriswantoKendati kehidupan masyarakat Karo pada waktu dulu dalam keadaan serba sederhana, namun beberapa orang Karo berjiwa seni tinggi mampu menyumbangkan karya dari hasil buah pikirnya. Sebuah kreasi seni yang cukup mengagumkan dan hingga saat ini dikenal dengan nama seni ukir (ragam hias).

Dalam variasinya, ada beberapa seni ukir dimulai yang sederhana dengan maksud sebagai tolak bala, menangkal roh jahat atau sebagai media pengobatan oleh Guru Mbelin. Namun dalam variasi yang lain, banyak ukiran yang berfungsi sebagai simbol tentang kepercayaan, cita-cita serta pandangan hidup dalam lukisan-lukisan atau ukiran tersebut sebagai karya seni yang unik dan bernilai tinggi.

Ukiran Karo biasanya dibuat dan ditempatkan oleh para senimannya pada berbagai bangunan tradisional Karo seperti: rumah adat, geriten, jambur. Pada berbagai benda pakai rumah tangga seperti: gantang beru=beru, cimba lau, abal-abal, busan, petak, tagan, ukat, dan lain-lain. Berbagai perhiasan seperti: gelang, cincin, kalung, pisau, ras sidebanna. Pada pakaian adat Karo seperti: uis Kapal, Uis nipes, ras uis-uis sidebanna.

Sekedar mengenalkan kembali, berikut ini disebutkan nama beberapa ukiran Karo (ragam hias):

  1. Tupak Raja Silima-lima
  2. Tupak Salah Sipitu-pitu
  3. Desa Siwaluh
  4. Bindu Matagah
  5. Bindu Matoguh
  6. Tapak Raja Sulaiman
  7. Panai
  8. Pantil Manggus
  9. Indung-indung Simata
  10. Tulak Paku Petundal
  11. Kite-kite Perkis
  12. Tutup dadu/Cimba Lau
  13. Cekili Kambing
  14. Ipen-ipen
  15. Likisan Suki
  16. Pucuk Merbung
  17. Bunga Ncole
  18. Lipan Nangkih Tongkeh
  19. Keret-keret Ketadu
  20. Pengeret-ret
  21. Taruk-taruk
  22. Bendi-bendi (Pengalo-alo)
  23. Lukisan Tonggal
  24. Litap-litap Lembu
  25. Pucuk Tenggiang
  26. Embun Sikawiten
  27. Surat Buta
  28. Kidu-kidu
  29. Lukisan pendamaiken
  30. Bulung Binara
  31. Tanduk Kerbo Payung
  32. Bunga Gundur
  33. Lukisan Umang
  34. Bunga Lawang
  35. Teger Tudung
  36. Lukisen Para-para
  37. Tulak Paku
  38. Lukisen Kurung Tendi
  39. Lukisen Tagan
  40. Osar-osar

 

kriswanto 2
Ragam Hias pada kayu & Bambu: 1). Luskisen Suki-suki; 2). Lukisen Bulung Binara; 3). Desa siwaluh; 4). Tumpak Salah Silima-lima; 5). Bindu Matoguh; 6). & 7). Bindu Matagah; 8). Panai; 9). Tupak Salah Sipitu-pitu; 10). Pantil Manggis; 11). Pengeret-ret; 12). Tapak Raja Sulaiman. Foto: Kriswanto Ginting

 

Kita masih beruntung ragam hias sedemikian rupa banyaknya masih dapat kita lihat sekarang. Salah satu jasa seniman Karo seperti Bapak Adrianus Ganjangen Sitepu, seorang umat Katolik dari stasi Sukanalu Paroki SPM Kabanjahe. Beliau merupakan budayawan yang juga terus berkarya melalui lukisan mau tulisan. Beberapa bukunya mungkin sudah pernah kita baca minimal dilihat sajalah.. seperti “Ragam Hias (ornament Karo) Karo seri A dan “Mengenal Seni Kerajinan Tradisional Karo seri B. Saat ini seniman yang menetap di kota Medan ini sedang ber-eksperimen menciprakan Tas dan baju batik kreasi dengan ragam-ragam hias Karo.


[one_third]UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif[/one_third]

Berkenaan dengan pakaian tradisional Karo, dewasa ini perlahan tapi pasti mulai bermunculan juga batik Karo indah yang dipadukan dari seni ukit atau ragam hias Karo. Peran seniman Karo dibarengi dengan teknologi saat ini, menjadikan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin terjadi. Dengan ini juga diharapkan maka seni ukir Karo tidak disembunyikan lagi dari ketidak ingintahuan orang Karo khususnya para generasi muda. Terlebih pada bulan Oktober yang lalu dijadikan sebagai hari batik sedunia. Pemilihan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO yaitu Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, yang secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap mata budaya Indonesia

kriswanto 3
Batik Karo rancangan Pio Salvator Ginting. Foto: Pio Salvator Ginting

 

 

Tidak lupa juga peran Museum Pusaka Karo dalam menjaga dan melestarikan seni Ukir Karo dari “persembunyiannya”. Tim Museum Pusaka Karo telah berusaha agar seni ragam hias ini tidak hilang atau punah. Salah satunya adalah dengan membubuhi beberapa motif ragam hias pada gedung Museum. Begitu juga tim Museum Pusaka Karo selalu dengan senang hati memberikan kontribusi perihal seni ukir kepada mahasiswa yang datang dari penjuru kota Indonesia dalam penelitiannya.

 

kriswanto 4
Bagian interior dalam Gedung Museum Pusaka Karo penuh dengan Ragam Hias Karo pada dinding dan tiap-tiap tiang bangunan. Foto: Kriswanto Ginting/Museum Pusaka Karo

 

Seni ukir dan ornamen Karo sangatlah elok bila dipadukan menjadi sebuah batik atau kreasi apapun itu dan tidak “disembunyikan” lagi dari kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian juga kita telah ikut menunjukkan jati diri kita sebagai Kalak Karo.

iyakk.. semoga..

One thought on “Mencari Celah Persembunyian Seni Ukir (Ragam Hias ) Karo

  1. Mencari dan mengembangkan dan terus menggali dan terus mengembangkan adalah ide besar yang sangat berguna dan aktual bagi perubahan dan perkembangan Karo itu sendiri. Dengan begitu anak-anak muda Karo aktif menciptakan perubahan.
    Maju terus.
    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.