Mengapa Cabe Merah Bisa Lebih Mahal di Berastagi Daripada di Medan?

Oleh JUARA R. GINTING (Leiden, Nederland)

Ini menjadi sebuah pertanyaan yang berulang-ulang muncul dalam menanggapi berita harga sayur di SORA SIRULO. Mengapa keseringan harga cabe merah di Pasar Roga Berastagi dan Pasar Singa Kabanjahe lebih mahal dibanding harganya di Pasar Induk Lau Cih Medan?

Logika mereka jelas dan benar.

Pedagang antara (verkoper atau Perturun Malam) membelinya sore hari di Pasar Roga (Berastagi) atau Pasar Singa (Kabanjahe) dengan harga katakanlah Rp. 70 ribu/ kg. Memang begitu harga pasaran di sana saat dia membelinya.

Esoknya keluar berita SORA SIRULO mengatakan harga cabe merah, misalnya Rp. 65 ribu/ kg di Pasar Induk Lau Cih Medan, lebih murah dari harga kemarin sore di Berastagi.

Mereka pun menjadi tidak percaya kepada berita SORA SIRULO dan menuduh lebih memihak pedagang daripada petani alias menipu. Bagaimana bisa? Pedagang sudah mengeluarkan ongkos transportasi dan biaya perjalanannya pula dari Berastagi ke Medan. Kok sampai di Medan harganya menjadi lebih murah?

Suasana di Pasar Induk Lau Cih (Medan) saat pasokan cabe merah membanjir.

Kita sudah beberapa kali membuat tulisan di SORA SIRULO menjelaskan mengapa itu bisa terjadi dan bukan karena penipuan. Begini dia ceritanya.

Ada 2 sebab/ alasan mengapa itu bisa terjadi. Tapi hal pertama yang perlu diketahui terlebih dahulu dan dicamkan di dalam hati adalah bahwa cabe merah di Pasar Induk Lau Cih itu datang dari mana-mana saja. Tidak hanya dari Dataran Tinggi Karo seperti halnya Pasar Roga (Berastagi), Pasar Singa (Kabanjahe) dan Pasar Tiga Panah.

Cabe merah asal Dataran Tinggi Karo memang kualitasnya paling bagus diantara semua cabe merah yang masuk ke Pasar Induk Lau Cih (Medan). Karena itu, cabe merah dari Dataran Tinggi Karo tetap saja yang termahal diantara semua cabe merah yang masuk ke Pasar Induk Lau Cih (Medan).

Cabe merah kotak asal Jawa yang memasuki Pasar Induk Lau Cih (Medan)

Cabe merah yang masuk ke Pasar Induk Lau Cih (Medan) selain dari Dari Dataran Tinggi Karo adalah Kabupaten Batubara, Kabupaten Deliserdang (sekitar Lubuk Pakam), Kabupaten Dairi (Sumbul Pegagan), Kabupaten Aceh Tenggara (Blang Kejeren), Gayo Luwes (Takengon), dan Bener Meriah. Sering juga masuk cabe merah asal Sumatera Barat, Kerinci, Bengkulu, dan juga Jawa.

Membanjirnya cabe dari daerah lain (terutama dari Batubara yang kualitasnya jauh lebih rendah dari cabe Karo), bisa menarik turun harga cabe asal Dataran Tinggi Karo sehingga menjadi lebih murah daripada modal pembeliannya di Berastagi atau Kabanjahe maupun Tigapanah. Pedagang mengalami kerugian dalam hal ini karena modal pembelian lebih besar dari harga penjualan.

Untuk kasus di atas, petani sebenarnya tidak mengalami kerugian karena barangnya telah terjual kemarin dengan harga yang lebih tinggi daripada yang diberitakan SORA SIRULO. Tapi mereka merasa dirugikan karena berita SORA SIRULO yang menunjukan adanya penurunan harga menjadi argumen pedagang antara (verkoper atau Perturun Malam) mengurangi harga pembelian mereka pada sore harinya.

Karena itu para petani menuduh berita SORA SIRULO berpihak kepada pedagang. Padahal, memang ada penurunan harga cabe merah pada hari itu karena membanjirnya pasokan cabe merah dari daerah lain.

Sebab ke dua adalah bahwa kami memang mendaftar harga rata-rata. Katakanlah harga cabe merah asal Dataran Tinggi Karo terjual di Pasar Induk Rp. 75 ribu/ kg, sedangkan cabe merah asal daerah lainnya hanya laku terjual Rp. 65 ribu/ kg. Maka di daftar kami tertera harga cabe merah Rp. 70 ribu/ kg. Harga Rp. 70 ribu/ kg itu adalah pertengahan dari harga cabe merah asal Dataran Tinggi Karo yang Rp. 75 ribu/ kg dengan harga cabe merah asal daerah lain yang Rp. 65 ribu/ kg.

Ketika harga cabe merah turun di Pasar Induk Lau Cih (Medan)

Tapi, kami selalu menambahkan keterangan seperti ini:

” …. Seperti biasanya, ada variasi harga. Karena itu, ada cabe merah yang terjual di atas harga yang kami catat, tapi ada juga yang terjual di bawah harga yang kami catat ….”

Bisa dilihat, logika pembaca yang berpikiran negatip terhadap berita kita benar sepenuhnya. Tapi wilayah pengamatannya terbatas. Dia tidak memperhatikan penjelasan kami itu. Mungkin karena tenggelam di dalam kekesalannya karena harga cabe merah terus menurun.

Sama juga halnya dengan naiknya harga BBM. Dijelaskan pun terus menerus apa artinya SUBSIDI dan siapa yang diuntungkan oleh subsidi itu, kalau jangkauan pengamatannya terbatas, apalagi malas membaca, maka tetap akan ikut mendemo pemerintah. Padahal para pemain politik itu kin memang permainannya; mengeksploitasi ketidaktahuan masyarakat.

Di vidio ini terlihat jelas bagaimana pedagang cabe merah di Pasar Induk Lau Cih (Medan) mengalami kerugian karena modal pembelian cabe merah (di Berastagi) jauh lebih tinggi daripada harga jualnya (di Medan) akibat membanjirnya cabe merah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.