Mengenai Maling Yamaha Mio Yang Dihabisi Massa di Namorambe

IMANUEL SITEPU. NAMORAMBE. Pencuri sepeda motor yang dihajar massa hingga tewas beberapa hari lalu [Kamis 8/6: sekitar 20.30 wib] adalah Abdul Umar (38), warga Pasar 3 Gang Citra, Desa Mariendal (Kecamatan Patumbak). Dia tertangkap tangan mencuri sepeda motor Yamaha Mio warna merah tanpa plat milik Lena Wati Beru Bukit (31) warga Dusun IV Desa Delitua (Kecamatan Namorambe).

Data yang berhasil dihimpun Sora Sirulo menyebutkan, kebringasan warga terhadap pelaku curanmor tersebut terjadi ketika Abdul Umar bersama seorang temannya (berhasil meloloskan diri), dengan mengendarai Suzuki Satria FU, sepakat mencari mangsa ke kawasan Namorambe. Begitu melihat satu unit sepeda motor Yamaha Mio sedang terparkir di teras rumah milik korban, kedua pelaku langsung menyambarnya.

Untung saja, Lena Wati Beru Bukit yang saat itu sedang berada di kamar mendengar suara hentakan cagak sepeda motornya. Curiga sepeda motornya dicuri maling, korban kemudian mengintai dari jendela. Benar saja, Lena Wati melihat seorang pria sedang membawa kabur sepeda motornya.

Melihat itu, Lena Wati dengan bergegas memberitahukan kepada suaminya Roy Efendy Barus alias Poltak (34). Mengetahui istrinya kehilangan sepeda motor, Roy langsung melakukan pengejaran sambil berteriak maling.

“Saya sempat panik karena mengetahui sepeda motorku dibawa pencuri menuju arah Namorambe. Aku langsung memberitahu kepada suamiku. Dan suamiku langsung mengejar,” kata Beru Bukit.

Setibanya di simpang empat Pasar 3, Desa Batu Penjemuren (Kecamatan Namorambe), Roy pun melihat sepeda motor istrinya sedang ditunggangi oleh salah satu pelaku. Tanpa pikir panjang, Roy kemudian mengejar. Begitu berhasil dipepet, Roy langsung menendangnya. Akibatnya, pelaku langsung tersungkur dan terjatuh ke aspal.

“Aku tunjang pelaku persis di depan bengkel dan dia langsung terjatuh,” kata Roy.

Meski sudah terjatuh, pelaku masih berupaya melakukan perlawanan. Roy kemudian diserang dengan menggunakan kunci T yang diambil dari saku celananya. Melihat posisinya tidak aman, Roy memilih berlari sambil mencari batu. Begitu batu diraih, dia selanjutnya melemparkanya ke arah pelaku. Akibatnya, pelaku langsung sempoyongan.

Melihat pelaku masih tetap memegang kunci T, Roy dengan sigap merangkul tubuh pelaku. Pun demikian, pelaku tetap berupaya melakukan perlawanan. Tak ayal lagi, pergumulan antara Roy dan pelaku tidak terelakkan. Guna melumpuhkan pelaku, Roy kembali meraih sebongkah batu, dan kemudian mengarahkanya ke kepala pelaku. Dan pelaku akhirnya keok karena wajahnya telah berlumuran darah.




“Saat pelaku sudah lemas dan minta ampun, aku kemudian merampas kunci T di tangannya dan langsung berdiri. Tapi ketika aku melepas pelaku, warga yang sebelumnya telah melihat kami berduel, kembali menghajar pelaku hingga berdarah-darah,” sambung Roy.

Tidak sampai di situ saja, ratusan warga yang sudah mengetahui duduk persoalanya, tanpa dikomandoi lalu menyeret pelaku dari depan bengkel tambal ban hingga ke samping kantor Desa Batu Penjemuren. Di sana, warga kembali menghajar pelaku hingga tewas.

Pak Rapen (36) salah satu warga setempat saat dikonfirmasi mengaku melihat langsung pelaku diseret-seret oleh ratusan warga dalam kondisi berlumuran darah dan akhirnya tewas secara mengenaskan karena mengalami luka pada sekujur tubuh. Kepala robek, lengan sebelah kanan kena tusuk benda tumpul dan juga memgalami dada remuk akibat amuk massa.

“Saat dihajar, pelaku sempat berkata bahwa dia disuruh Andre orang perumahan Torganda Desa Batu Penjemuren mencuri sepeda motor di Kecamatan Namorambe,” bilangnya.

Terpisah menurut Saruzi (48) warga Perumahan Torganda Desa Batu Penjemuren (Kecamatan Namorambe), yang mengaku keluarga pelaku, terakhir diketahui adalah bernama Ahmad Umar membenarkan kalau Ahmad Umar adalah sanak keluarganya.

“Aku pun mengetahuinya dari Facebook. Lalu saya cek di Puskesmas Namorambe. Ternyata memang benar. Rencananya jenazah akan kita bawa ke Jl. Kemiri 3 Simpang Limun, Medan. Pelaku memiliki 4 orang anak dan sudah lama bercerai dengan istrinya. Setahu saya selama ini Ahmad bekerja jadi buruh bangunan,” kata Saruzi ketika ditemui di Puskesmas Namorambe.

Sementara Jafar (15), putra sulung Ahmad Umar yang ikut datang ke Puskesmas Namorambe hanya bisa menangis meratapi kematian ayahnya.

“Kami keluarga tidak mengetahui pekerjaan ayah, dan sore tadi kami masih ketemu dengan ayah. Tetapi ayah tidak banyak cerita dan diam saja sewaktu berangkat dari rumah,” ujar Jafar berlinang air mata.

Kanit Reskrim Polsek Namorambe Iptu Wilton Tarigan membenarkan kejadian.

“Pelaku sempat tidak diketahui identitasnya. Memang dari dompet pelaku berhasil kita sita berupa ATM, KK, Kartu KIS dan foto copy KTP. Namun atas nama orang lain,” katanya.






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.