Kolom Boen Syafi’i: MISKIN BUKAN ALASAN MURTAD

Yah, akhirnya Si Misqueen lagi yang disalahkan. Padahal, murtad ataupun pindah keyakinan itu tidaklah gampang. Kalau di jaman Elya Kadam masih bahenol sih mungkin ho’oh? Dikasih beras atau mie instan rasa strawberry bisa jadi yang dulunya menyembah sandal jepit, auto masuk Masjid ataupun Gereja. Lha sekarang? Informasi sudah ekstra cepat.

Internet (mukjizat jaman ini) sudah merasuk ke mana-mana.

Mulai dari kawasan makhluk agamis hingga ke kawasan yang rawan sipilis pun disambanginya pula. Jadi, seharusnya, kemiskinan bukan lagi jadi alasan utama untuk murtad.

Lalu, apa yang melandasi manusia berpindah keyakinan atau jadi agnostik bahkan atheis?

Jawaban yang mungkin mendekati kenyataan itu bisa jadi, karena sudah tidak nyaman lagi dengan keyakinannya dulu. Mungkin saja ada sebuah pertanyaan yang timbul di dalam hatinya: “Kenapa yang dulu saya pelajari, tidak sama dengan apa yang saya temukan hari ini?”

Bisa jadi karena melihat peristiwa buruk yang pernah menyayat hatinya dengan mengatasnamakan agamanya. Seperti halnya peristiwa demo Ahok hingga muncul slogan bunuh Ahok. Kelakuan ISIS dan lain sebagainya. Walhasil, mulai mencari-carilah mereka sebuah informasi tentang kebenaran yang sesungguhnya.

Biasanya karakter orang yang semacam ini adalah karakter kritis, suka menggali informasi, dan sering timbul pertanyaan di dalam hati. Setelah perjalanan menggali informasi, merenung, dan menyinkronkan antara akal dan hati, kemudian tibalah fase untuk menyimpulkan.

Maka dari kesimpulan inilah nantinya, murtad atau tidaknya bakal ditentukan. Tidak perlu menuduh murtad karena adanya kemiskinan. Paling mendekati kenyataan adalah, orang yang murtad mereka yang sudah menemukan jawaban atas segala pertanyaan di hatinya.

Manusia berhak menentukan sendiri arah dan tujuannya. Mau murtad silahkan, mau tetap mengimani silahkan, mau nyembah elpiji 3 kg ya silahkan. Asal elpijinya tidak menimbulkan bencana bagi manusia yang lainnya.

Hakikat hidup yang sederhana. Seperti saya, yang sampai saat ini berbeda keyakinan dengan Istri. Keyakinan saya mengatakan saya tamvan dan berbodi atletis. Namun keyakinan istri saya malah mengatakan yang sebaliknya, yakni wajah jelek, perut buncit dan mirip bandot tua.

Woalah, nasib …. nasib ….

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.