Kolom Boen Syafi’i: MODERAT RADIKAL TERTUNDA — Masih Tentang Sesajen

Sebaiknya penendang sesajen dimaafkan saja. Kata si kaum yang menyebut dirinya moderat. Ah, jebule memang benar bahwa doktrinasi Arab sudah menjangkiti negeri ini secara kronis. Bukan hanya yang ada di akar rumput, melainkan para pemangku kekuasaan terjangkiti pula. Efeknya apa?

Dulsomad yang terang benderang menistakan agama Kristen sampai detik ini masih bebas berkeliaran menunjukkan giginya.

Waloni cuma dijatuhi hukuman selama 5 bulan. Bandingkan dengan kasus Ahok dan Ibu Meliana yang mengeluhkan bisingnya volume suara adzan ke tetangganya. Mereka auto dijatuhi hukuman lebih dari 1 tahun.

Menjancukkan sekali, bukan?

Kalau menghina leluhur bangsa sendiri mereka adem-adem saja. Dan si kaum moderat pun berteriak kencang “Maafkan Woy!” Apa-apaan? Bahkan kasus si Fahmi penghina leluhur Nusantara, kini entah ke mana rimbanya. Gak jelas alias absurd.

Sesajen versi Suku Jawa

Namun, berbeda kalau yang dihina itu si leluhur Arab, Budaya Arab. Wih, secepat kilat si penghina diproses kasusnya. Padahal, jika penendang sesajen itu dimaafkan, pasti hal itu akan memicu gedibal Arab lain untuk melakukan perbuatan yang sama.

Bisa jadi bukan hanya sesajen yang mereka tendang. Tapi Candi, budaya tradisional Nusantara dengan segala tradisinya, bakal mereka hancurkan juga. Wong tindakan tersebut bakal dimaafkan, kok.

Sesajen versi Suku Karo

Merasa bersalahkah para gedibal Arab ini? Tidak, justru mereka bangga karena mematuhi perintah dewa gurunnya. Ah, ajaran penuh kebencian kok masih diikuti saja?

Dulu saya sering sedih jika ada yang berkata “moderat itu radikal yang tertunda”. Namun, semenjak saya lepaskan dogma Arab di kepala, akhirnya saya tersadar bahwa semua itu memang ada benarnya.

Terimakasih klinik Tong Pang, terimakasih Mak Erot, terimakasih Kakek Sugiono.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.