Kolom Bastanta P. Sembiring: MUDIK HARI KEMERDEKAAN

bastantaPulang kampung atau lebih familiar kita sebut mudik saat Lebaran, Natal dan Tahun Baru, atau saat liburan sekolah sudah menjadi tradisi di negeri ini. Tetapi khusus pulang kampung untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI mungkin masih asing bagi kita. Tapi tidak demikian halnya bagi beberapa keluarga Karo di Simpang Rambutan (Jambi) asal Karo Jahé (sekarang Kabupaten Deliserdang), terkhususnya dari Desa Talapeta.

Mereka sengaja memilih pulang kampung saat menjelang Hari Kemerdekaan RI untuk dapat merayakannya dengan keluarga di kampung. Sejak beberapa hari lalu mereka sudah mulai berangkat menuju kuta kemulihen (kampung halaman) untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI. Tradisi ini sudah terun-temurun mereka lakukan.

Saat masih kecil di Patumbak, saya ingat kami sering diumdang oleh keluarga yang berdomisili di sekitaran Kecamatan STM Hilir untuk datang saat perayaan 17 Agustus. merdeka 2Di wilayah itu, perayaan 17 Agustus lebih meriah dibanding Lebaran, Natal ataupun Tahun Baru. Ada perayaan, hiburan, makanan, dan kumpul keluarga. Jika dicari tradisi di daerah lain yang hampir sama, mungkin dapat kita bandingkan dengan perayaan pesta Kerja Tahun di kawasan Karo Gugung (Dataran Tinggi Karo), yang lebih dimeriahkan ketimbang perayaan hari besar keagamaan yang di kota-kota menjadi perayaan yang dianggap lebih penting.

Memeriahkan Hari Kemerdekaan sampai-sampai yang di perantauan pun menyempatkan untuk pulang kampung agar dapat merayakannya dengan keluarga adalah suatu hal yang luar biasa karena tidak lazim bagi sebagian besar keluarga di negeri ini. Tradisi ini mungkin tidak terlepas dari sejarah kampung asal mereka.

Talapeta adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir,  atau STM Hilir, yang dulunya eks wilayah negeri Urung Senembah, sebuah Kerajaan Suku Karo dari merga Karo-karo Barus di Sumatera Timur. Kata “talapeta” sendiri singkatan dari “Taman Latihan Pemuda Tani” yakni pusat latihan kader bawah tanah  untuk gerilnya rakyat.

Kapten  Inoue Tetsuro seorang ahli intelejen Jepang yang juga seorang Tokoka (Polisi Rahasia Jepang) yang merangkap  Sekretaris Gubernur Nakasima dan merangkap merdeka 3Bupati Deliserdang (sampai Mei 1943) adalah tokoh utama dalam pendirian Talapeta yang awalnya merupakan strategi Jepang untuk membantu militer Jepang menghadapi serangan Sekutu yang sewaktu-waktu bisa datang. Namun di kemudian hari pemuda-pemuda dari Talapeta ini menjadi pasukan-pasukan handal di baris terdepan negeri ini saat masa perang kemerdekaan dalam melawan penjajahan, khususnya di Sumatera bagian Utara. Jadi, bisa juga dikatakan kalau Talapeta yang kini menjadi salah satu desa di Kabupaten Deliserdang ini sebagai kampungnya para pejuang (kota pahlawan) kemerdekaan.

Saat Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, menjadi saat yang sakral bagi para pejuang. Keterbelengguan selama ratusan tahun telah lepas. Sudah sewajarnya sebuah hari kebebasan dan kemenangan disyukuri dan dirayakan dengan semeriah mungkin. Ini mungkin yang menjadi latar belakang mengapa di kemudian hari di Talapeta dan sekitarnya Hari Kemerdekaan RI sangat dinanti-nantikan.




Walau dalam catatan sejarah negeri ini keberadaan bekas pusat-pusat pelatihan pemuda ini jarang disinggung bahkan mulai terlupakan, keturunan para eks pejuang ini tetap menempatkan Hari Kemerdekaan ini sebagai hari yang terpenting. Ini tampak hingga kita di 17 Agustus selalu dirayakan dengan meriah, bahkan di perantauan bagi mereka yang tidak sempat pulang kampung, mereka juga memperlakukan Hari Kemerdekaan sebagaimana kita memperlakukan hari Lebaran, Natal dan Tahun baru. Ini sebagai bentuk syukur, rasa gembira, dan pernghormatan mereka bagi leluhur yang walaupun tidak tercatat jasa-jasa mereka masing-masing dalam lembaran arsip negara ini.

Selamat menyambut Hari Kemerdekaan RI. Merdeka!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.