Kolom Edi Sembiring: PEJUANG TANI ITU TELAH TIADA

Salah satu petani yang ikut berjalan kaki 1.812 kilometer dari Medan ke Jakarta adalah kakek Wagiran Atmadja (76 tahun). Beliau adalah petani Mencirim-Namo Rubei, anggota Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB). Kakek Wagiran kuat berjalan kaki sambil berorasi, terutama dari Tebing Tinggi hingga Pekanbaru.

Suaranya terus lantang bergaung mengabarkan pada masyarakat yang dilewati.

+

Bahwa mereka adalah petani yang tergabung dalam Serikat Petani Simalingkar Bersatu (SPSB) dan Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB). Sedang berjalan kaki menuju Istana Negara karena lahan pertanian dan perumahan yang mereka tempati telah digusur oleh PTPN II.

Beliau turut ikut berjuang karena ingin mendapatkan keadilan atas tanah yang puluhan tahun dikelola untuk menghidupi anak dan cucunya. Walau sudah cukup tua, staminanya kuat. Sesampai di Jakarta tanggal 7 Agustus 2020 pun tetap sehat.

170 petani Simalingkar dan Mencirim melakukan aksi jalan kaki dari Medan sejak tanggal 25 Juni 2020. Setelah 45 hari berjalan kaki, mereka menginap di tempat penampungan YTKI di Jl. Gatot Subroto, Jakarta. Mereka melakukan berbagai aksi demonstrasi dari aksi di depan Kementerian ATR/ BPN, Tugu Tani hingga berusaha menerobos masuk ke Istana Negara.

Dan akhirnya pada tanggal 27 Agustus 2020, Presiden Joko Widodo menerima perwakilan petani dan meminta Kantor Staf Presiden (KSP) bersama Kementerian ATR dan Kementerian BUMN agar secepatnya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya menyelesaikan tuntutan petani Simalingkar dan Mencirim.

Setelah 45 hari di Jakarta, tuntutan para petani dikabulkan. Para petani mendapatkan lahan pertanian dan pemukiman. Juga akan dibangun rumah bagi mereka yang akan dikerjakan oleh Kementerian PUPR.

Dengan 3 bis, para petani ini pulang. Berangkat dari Jakarta pada tanggal 25 September 2020. Armada ini telah dipersiapkan oleh Kementerian BUMN.

Hari ini, 5 Oktober 2020, kakek Wagiran Atmadja dipanggil Sang Pencipta. Petani tua ini telah meninggalkan kenangan yang panjang tentang perjuangan petani atas lahan produksinya.

Widi Wahyudi, anak kakek Wagiran, ikut berjalan kaki. Widi Wahyudi adalah salah satu kordinator aksi jalan kaki. Widi Wahyudi bercerita, selama 90 hari mereka melakukan aksi, bapaknya tak pernah sakit, hanya sesekali masuk angin.

Apa yang diperjuangkan kakek Wagiran telah tercapai. Beliau telah berhasil memperjuangkan tanah bagi masa depan anak dan cucunya.

Beliau telah memberi contoh kepada kita tentang perjuangan yang harus dituntaskan. Beliau juga telah memberikan peringatan pada penguasa untuk mengembalikan apa yang menjadi hak-hak rakyat, khususnya petani.

Selamat jalan kakek Wagiran.

Selamat jalan pejuang agraria.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.