ALEXANDER FIRDAUST. MEDAN. “Kita kembali kehilangan seorang seniman musik Karo,” demikian berita yang didapat oleh Sora Sirulo melalui telepon sebelum penelepon menjelaskan telah berpulangnya Djabal Sembiring.

Djabal Sembiring pada awalnya dikenal oleh publik Karo khususnya di daerah Deliserdang sebagai penggual (penabuh gendang Karo). Saat itu dia sering tampil di pesta-pesta maupun ritual Karo bersama Keleng Barus yang saat itu masih berkarir sebagai penaruné sebelum beralih profesi menjadi perkolong-kolong. Di belakang hari, Djabal Sembiring lebih dikenal sebagai penaruné meskipun dia kadang-kadang juga masih menabuh gendang.
Selain sebagai pemusik tradisional Karo, Djabal juga mahir dalam membuat gendang, saruné dan ketteng-ketteng. Dia memiliki sebuah sanggar di Sibiru-biru (Kecamatan Biru-biru) yang berusaha meneruskan tradisi Karo dalam musik, tari dan vokal kepada anak-anak dan para remaja setempat.
Putranya sendiri yang bernama Mahansa adalah salah satu buah upayanya. Kini, Mahansa telah sangat piawai dalam memainkan berbagai alat musik tradisional Karo. Dia merupakan salah seorang penabuh gendang singindungi terbaik di kalangan muda Karo. Dia juga sudah mulai sering dipesan untuk memetik kulcapi dalam acara-acara hiburan.

Menurut sutradara Sanggar Seni Sirulo, Juara Ginting, Mahansa Sembiring adalah duplikat Djasa Tarigan almarhum dalam bermain Ketteng-ketteng.
“Tak banyak orang memperhatikannya, kehebatan Djasa Tarigan dalam bermain musik yang paling luar biasa adalah dalam memainkan ketteng-ketteng meski dia lebih dikenal sebagai perkulcapi dan perkibot. Ketika melihat Mahansa memainkan ketteng-ketteng saat dia masih kanak-kanak, saya langsung teringat pada Djasa Tarigan di masa remajanya yang sering mengiringi perkulcapi Tukang Ginting dalam upacara-upacara Erpangir atau Perumah Jenujung,” kata Juara saat kali pertama memanggil Mahansa bergabung ke Sanggar Seni Sirulo.
Di belakang hari, Djabal Sembiring sendiri turut bergabung dengan Sanggar Seni Sirulo sebagai penaruné. Dia bergantian dengan Wardin Ginting mengiringi penampilan-penampilan Sanggar Seni Sirulo sebagai penaruné.

Kini Djabal sang pejuang musik tradisional Karo di Deliserdang telah tiada.
“Seluruh anggota Sanggar Seni Sirulo turut berkabung atas kepergian seorang abang yang selalu siap memperkuat sanggar ini,” kata Ketuanya Ita Apulina Tarigan dari Surabaya melalui telepon dengan nada sesunggukan.
Djabal Sembiring (Bp. Dego) meninggal dunia di Rumah Sakit Herna (Medan) kemarin [Selasa 21/1: 10.00 Wib]. Acara penguburannya diadakan hari ini [Rabu 22/1] di Jambur “SADA ARIHTA” Tanjungsena (Kecamatan Biru-Biru) secara adat Karo (Pedalan Adat Erkata Gendang La Rose) dan secara Katolik untuk kemudian dikebumikan di Desa Laurakit (Kecamatan STM Hilir).
Kami hantarkan Bang Djabal hingga di Batas Kenangan dengan video ini dimana putranya Mahansa memainkan ketteng-ketteng dengan sangat piawai.
Sungguh masyarakat Karo kehilang seseorang yang mengabdikan dirinya unutk budaya Karo. Selamat jalan bung Djabal. Sembiring, anak beru. Bujur enggo itadingkenndu anak ipupusndu untuk nerusken njaga budayanta.
Mejuah-juah man bandu Anak Penarune Kutabuluh. Apakah Penarune Kutabuluh yang kam maksud adalah bengkila Alm. P. Perangin-angin (Pa Sanggup Kutabuluh)?