Peran Suami dalam Proses Persalinan

Oleh: Jujuren Sitepu (Dosen Poltekkes Kemenkes, Medan)

 

 

jujurenjujuren 9Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yaitu bayi maupun ari-ari, dari jalan lahir yang disebut spontan atau dengan alat. Persalinan merupakan saat yang menegangkan dan menggugah emosi bagi ibu dan keluarga.

Persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Kerena itu, pastikan bahwa setiap ibu mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan. Persalinan dapat berjalan dengan baik apabila ibu yang mau melahirkan mempunyai dorongan yang kuat untuk memiliki bayi. Karena itu dibutuhkan seorang pendamping bagi si ibu dalam proses persalinan.

Pendamping ibu yang bersalin sebaiknya adalah suami karena suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan. Di tengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan, dukungan dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya. Selain memberi dorongan semangat yang akan dibutuhkan selama persalinan saat istri berteriak-teriak. Kesakitan bisa berkuran bila suami di sampingnya dapat menghibur istri.

Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada ibu yaitu dalam hal emosi. Emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel-sel sarafnya mengeluarkan hormon oksitosin yang reaksinya akan menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi. Dengan tangan suami yang memijat bagian tubuhnya maka istri tidak akan terlalu tegang saat melahirkan. Ini juga dapat mengalihkan perhatian istri dari kontraksi sehingga oksigen lancar ke dalam rahim dan proses persalinan dapat berjalan lancar.

Membimbing istri tarik nafas panjang lebih didengar dibandingkan perintah penolong persalinan (petugas kesehatan) sehingga proses persalinan berjalan lancar serta tidak ada komplikasi pada persalinan.

Di Sumatera Utara pada umumnya, kaum suami sulit untuk diminta mendampingi istri saat melahirkan dengan berbagai alasan yang antara lain tidak tega melihat istri mengerang kesakitan atau tidak sanggup melihat darah. Paling menyakitkan adalah bila suami mengatakan tidak tega bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Alasan-alasan itu mungkin dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan sosial budaya. Padahal, bila suami melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak, dia akan semakin sayang kepada istrinya. Itu juga akan menumbuhkan naluri kebapakan sehingga suami akan lebih menghargai istri dengan melihat pengorbanan istri saat persalinan suami. Dengan demikian, dia akan dapat lebih menjaga prilakunya setelah melihat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya.

Selain itu, masih ada juga tempat bersalin (Rumah Sakit, Klinik, Puskesemas) yang melarang pendamping menemani ibu melahirkan. Padahal, sekarang ini, sudah diterapkan asuhan sayang ibu yang belum dapat dilakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.