Piso Surit Lagu Karo Ciptaan Djaga Depari

Oleh: Marianta Pinem

Piso Surit adalah salah satu lagu, syair, serta tarian Suku Karo yang menggambarkan seorang gadis sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut sangat lama dan menyedihkan, digambarkan seperti Piso Surit (burung berekor panjang dan pandai bernyanyi) yang sedang memanggil-manggil.

Piso dalam bahasa Karo sebenarnya berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau khas Suku Karo. Sebenarnya Piso Surit adalah kicau burung yang suka bernyanyi. Kicau burung ini bila didengar secara seksama sepertinya sedang memanggil-manggil dan kedengaran sangat menyedihkan. Burung Piso Surit biasanya berkicau di sore hari. Bunyinya nyaring dan berulang-ulang yang kedengaran seperti berkata “piso serit”. Kicau burung inilah yang dipersonifikasi oleh Komponis Nasional dari Taneh Karo Djaga Depari yang berasal dari Desa Seberaya, Dataran Tinggi Karo.

Berkat kepiawaiannya menciptakan lagu-lagu berbasis lagu Karo, moralitas masyarakat Karo, Perkembangan zaman, adat-istiadat Karo, romantisme sampai kehidupan perjuangan masyarakat Karo semasa merebut kemerdekan dari tangan penjajah pada masa lalu, sehingga sang maestro Djaga Depari memperoleh gelar komponis nasional Indonesia, dan kini untuk lebih mengenang jasa-jasa beliau, maka dibangun sebuah monumen Djaga .

Kini, di persimpangan antara Jl. Kapiten Pattimura dengan Jl. Sultan Iskandar Muda dan Jl. Letjen Djamin Ginting di Medan, terdapat patung Djaga Depari sang pencipta lagu Piso Surit.

Legenda Piso Surit

Sebetulnya burung Piso Surit itu dulunya manusia. Ada seorang bapak mempunya istri. Istrinya melahirkan seorang anak. Mereka ini sangat susah sekali, tinggal jauh dari perkampungan dan rumahnya pun gubuk.

Setelah itu pergilah suaminya merantau mencari uang. Tinggalah anak dan istrinya di rumah. Setelah anaknya umur 6 bulan, sudah mulai telungkup dan mulai merangkak pake tangan. Suatu hari, pergilah mamaknya dan meninggalkan anaknya pake ayunan ke belakang rumahnya mengambil kayu sebentar. Sekitar 3 jam kemudian, anaknya turun dari ayunan. Dia merangkak pake tangannya.

Datanglah burung raja macam burung pincala. Dijadikannya anak itu burung piso surit. Berubahlah si anak jadi burung piso surit. Dia mengeluarkan suaranya “piso surit …. Piso surit ….” Katanya.

Datanglah mamaknya dan melihat anak bayinya tidak ada diayunan. Burung si raja burung itu mengatakan anaknya telah dijadikannya burung piso surit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.