Kolom Eko Kuntadhi: POLITIK MULAI BERMAIN DALAM GADUH TELKOMSEL — Erick Jadi Incaran

Drama kegaduhan investasi Telkomsel ke GOTO berlanjut. Saya baca berita, beberapa fraksi mendorong untuk membentuk Panitia Kerja di Komisi VI untuk mengusut isu investasi Telkomsel di GoTo. Wah ada apa ini?

Sampai Senayan ikut-ikutan heboh.

Upaya ini mengesankan bahwa di dalam investasi itu ada konflik kepentingan, karena ada nama Erick Thohir sebagai Menteri BUMN dan Boy Thohir yang merupakan Komisaris GoTo.

Masalahnya, investasi itu kabarnya sudah dirancang sejak zaman Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN. Prosesnya juga panjang, melalui banyak pintu pengawasan. Jadi, mestinya yang ditarik-tarik itu bukan hanya nama Erick, tapi nama Rini juga dong.

Saya melihat ini sudah bukan persoalan ekonomi. Bukan soal hitung-hitungan ada dugaan uang negara yang diputar di sana. Tapi isu ini sudah mulai ditarik ke wilayah politik. Maklum, sedang santer isu reshuffle kabinet. Jadi banyak pihak yang tiba-tiba ikut bikin gaduh.

Nah, beberapa orang yang terindikasi memiliki kepentingan dengan isu ini tampak kenceng banget teriaknya. Mereka ini bisa disebut barisan sakit hati. Kalau diselidiki, ternyata mereka-mereka ini memiliki riwayat dengan Telkom atau Telkomsel. Ada hubungan yang tidak berakhir dengan manis.

Ada banyak nama, contohnya Agustinus Edy Kristianto, yang sering banget nulis persoalan ini gak bosen-bosen. Dulu dia ini mantan Pemred Gresnews. Konon di zaman dia, ada kesepakatan iklan Telkom, tapi setelah diputus kontrak iklannya tahun 2021, dia mulai membuat narasi-narasi negatif ke Telkom dan pemerintah.

Saya gak tahu peristiwa persisnya, tapi yang terbaca di permukaan sepertinya ada rasa kecewa karena gak dapat kue manis lagi.

Nah, yang berikutnya ini sudah dikenal luas, namanya Said Didu. Dia mantan Sekretaris Menteri BUMN dan Stafsus Sudirman Said eks Menteri BUMN. Kalau yang ini sudah hapal gayanya. Dia sering banget mengkritisi kebijakan pemerintah.

Kalau yang ini gak usah diomongin lagi. Emang udah jadi kebiasaan dia, apa-apa yang disalahin Jokowi.

Tapi, kenapa isu ini ramai terus? Ya itu tadi, saya menduga ada agenda politik yang sedang dijalankan. Kalau sekarang tampak kelasnya sudah mainan partai, karena beberapa fraksi di DPR sudah tampak membidik Erick Thohir melalui isu investasi Telkomsel di GoTo ini.

Jadi, pihak kelas teri hanya sekadar meramaikan saja. Sekarang ini bola panas sedang digiring oleh elit-elit Senayan.

Investasi Telkomsel ke GoTo ini sudah tidak ditargetkan untuk jangka pendek menurut penilaian harga saham. Tapi cara memandangnya harus jauh ke depan. Misalnya keuntungan dari masuknya Telkomsel ke ekosistem Gojek dan Tokopedia. Karena ini pasar baru yang selama ini memang perlu dimasuki oleh Telkom dan anak usahanya.

Pelanggan Gojek danTokopedia itu sangat banyak, mitra kerja mereka juga jutaan jumlahnya. Bayangkan, betapa besar sinergi yang bisa dilakukan ketika Telkom memasuki ceruk baru ini.

Kemudian yang membuat gak habis pikir, mereka ini kok menuduh investasi ini main-main. Padahal yang merancang investasi ini bukan hanya Telkom tapi juga perusahaan BUMN Singapura Singtel.

Gak masuk akal perusahaan Singapura mau dikibulin dengan investasi yang rugi. Wong mereka bertahan tidak menjual saham Telkomsel itu karena tahu masa depan perusahaan ini cerah. Padahal waktu itu pemerintah sudah berniat membeli saham yang mereka pegang dengan harga tinggi.

Jadi, politisi-politisi di Senayan, terutama pihak oposisi, itu tidak paham dengan mekanisme investasi ke perusahaan digital dan teknologi. Padahal ini penting untuk Indonesia. Karena selama ini investor start up itu perusahaan asing melulu. Indonesia sudah harus mulai ikut bermain. Jangan sampai nanti katanya start up karya anak bangsa, tapi yang punya orang asing semua.

Apa yang dilakukan Telkom melalui Telkomsel itu sudah benar. Mereka harus mengikuti arus zaman supaya tidak ketinggalan. Harus ikut tren kalau gak mau dibilang kuno. Investasi semacam ini bahkan harus banyak dilakukan.

Bumbu-bumbu politik seperti yang sekarang terjadi itu ya gak jauh-jauh dari upaya mengincar posisi Erick sebagai menteri BUMN. Tapi ya kita ikuti saja perkembangannya. Kalau gak ada bukti intervensi Erick, nanti juga lemes sendiri isunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.