Renungan: TAK SEPERTI YANG DULU

nancy 21Oleh: Nancy Meinintha Brahmana (Kabanjahe)

Saya memandang sebuah patung yang terpajang di meja, patung yang terbuat dari tulang sapi.  Warnanya putih susu. Patung itu saya beli di Bali, ukuran tidak terlalu besar.  Dari jauh saya  sudah melihat bentuk ukirannya secara garis besar. Namun, setelah saya mendekat dan mencermati ukirannya, terlihatlah berbagai kerumitan detail yang dihasilkan pemahat untuk menjadi ukiran yang sangat bagus pada mantan tulang sapi. Luar biasa. Dengan harga lima puluh ribu rupiah saya sudah memiliki pajangan yang indah.  Saya dapat menikmatinya dari segala sisi bahkan masih tercium aroma tulang yang lembut di tengah tulang yang dulu diisi oleh sumsum.  Saya tidak ingin menikmati ukiran tersebut hanya karena memuaskan keinginan membeli, meletakkan dan tidak lagi menikmatinya ‘dengan bijaksana’. Setidaknya saya memperhatikan, mencermati bagian-bagian yang halus dan kasar, proporsionalnya, kira-kira bagaimana membuatnya serta mengagumi hasilnya.

Tulang setelah dimakan dan diambil sarinya adalah menjadi bagian makanan binatang lain.  Tulang tidaklah menarik. Posturnya yang tidak menarik dan keras tidak menjadi lirikan orang untuk menjadikannya karya yang indah. Manusia kebanyakan tidak mau mengambil resiko gagal atau mendapat kesulitan dalam mengerjakan sesuatu yang belum pernah diperbuat oleh yang lain.

Bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa karena mereka menemui kesusahan di padang gurun. Mereka lebih senang di atas penderitaan yang sudah mereka ketahui dan jalani beratus tahun dibandingkan menjalani sesuatu yang baru yang belum terlihat bahkan terasa kesusahannya.  Mereka merasa lebih baik menjadi budak daripada menjadi sesuatu yang belum diketahui.

Berubah dan merubah sesuatu adalah tindakan disiplin dan bertanggungjawab. Konsisten terhadap niat dan percaya bahwa perubahan akan mendatangkan hasil yang lebih baik.  Berubah dan merubah sesuatu memerlukan waktu yang mungkin pendek ataupun panjang, namun kedisplinan terhadap proses dapat mewujudkan waktu perubahan adalah waktu yang menyenangkan meskipun berat. Namun, yang perlu disayangkan adalah sebagian besar manusia tidak menginginkan perubahan terjadi pada dirinya. Seseorang tidak ingin menanggalkan kebiasaan lama meskipun mengetahui akibat yang merugikan terhadap dirinya namun tidak berani mengambil keputusan untuk melakukan perubahan.

Perubahan dapat terjadi karena sudah mendapat ide ataupun gagasan yang dipikirkan baik dan buruknya. Begitu juga dengan cara berpikir, berpikir menuruti konsep yang lama atau berpikir dengan cara pandang yang baru. Perubahan pola pikir memerlukan kejelian, strategi, disiplin dan pemahaman yang lebih dalam untuk mampu melakukannya sebagai tindakan.

Rasul Paulus memberi nasehat agar merubah cara berpikir.  Ternyata perubahan pola pikir sangat dianjurkan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Strategi apa yang dapat dibuat untuk merubah pola pikir? Perbandingan dapat dilakukan dengan pola sebab akibat, dulu dan sekarang, melakukan atau tidak melakukan, untung dan rugi. Hal yang sederhana dapat kita lihat seumpama seorang yang sedang melakukan diet lemak. Ketika makanan di atas meja disuguhkan dengan berbagai hidangan yang cukup berlemak, maka tantangan pada pendiet adalah memakannya atau tidak.  Pendiet melakukan perbandingan sebagai berikut:

Apabila memakannya maka rencana diet akan rusak, lemak akan bertambah, kemungkinan hipertensi, jantung dan kolesterol, tubuh semakin membulat, kesehatan terganggu, meskipun dapat menikmati makanan dengan sesuka hati dan mengabaikan hal buruk yang dapat terjadi.

fernando 6Apabila tidak memakannya maka pendiet merasa menang, selangkah dapat mengendalikan tubuh dan keinginan (selera),  terhindar dari berbagai penyakit , tubuh tidak memberat dan membulat , meskipun mengabaikan kenikmatan makanan sesaat.

Pertimbangan yang dilakukan pendiet adalah dikarenakan gagasan yang merubah pola pikir jangka pendek ke arah jangka panjang. Kedisiplinan pendiet terhadap gagasan yang sudah disepakati membuatnya selalu melatih diri dalam kedisiplinan pola berpikir.

Demikian pula masyarakat dalam suatu negeri yang mengharapkan perubahan terjadi di negeri tersebut harus melalui perubahan cara berpikir dari masyarakat tersebut. Selama ide atau gagasan untuk berubah tidak disepakati maka tidak akan terjadi perubahan. Perubahan pola pikir suatu masyarakat harus dipadukan dengan penjelasan dan pertimbangan yang dapat dimengerti oleh seluruh masyarakat untuk tujuan jangka panjang. Pemahaman bahwa pentingnya merubah cara berpikir harus menjadi akar dan landasan untuk berani berubah agar apa yang dicita-citakan dapat berhasil dan terwujud.

Perubahan diharapkan tidak terjadi untuk sementara waktu hanya karena kobaran heroik yang sementara. Tidak seperti  perumpamaan lama ‘ibarat semangat gasing’,  perubahan harus dilaksanakan dalam kondisi sadar dan mengerti. Sehingga, suatu perjalanan ataupun proses menuju perubahan dapat diteguhkan, dikuatkan, dikondisikan sedemikian rupa. Dengan demikian, tidak akan kehilangan semangat untuk melakukan disiplin cara berpikir sehingga menjadi manusia ataupun masyarakat yang berubah pola berpikir kearah yang lebih baik menuju kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Akhirnya, seseorang dapat berkata, “diriku bukan lagi seperti yang dulu”.  Kiranya kita dapat mengobarkan semangat untuk menjadi manusia baru dengan cara pandang yang baru sehingga melalui pola pikir kita dapat menjadi teladan bagi yang lain.

 Tetap semangat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.