Roh Kekaroan Tanggungjawab Semua Karo

Oleh: Deddy Sukanta Ginting

 

deddy sukantadeddy sukanta 1Dalam hemat saya, menunjuk salah satu gereja sebagai yang paling bertanggung jawab atas hilangnya budaya dan tradisi asli Karo adalah sebuah bentuk scapegoating (pengkambinghitaman) yang masih bisa diperdebatkan.

Kita yang mengaku sebagai pengawal dan penjaga roh kekaroan yang memegang teguh warisan Karo sama bertanggungjawabnya atas terkikis dan terpinggirkannya nilai-nilai kekaroan di tengah-tengah masyarakat yang bergerak dinamis seperti dunia sekarang ini. Di tengah ketidakmampuan kita menyatukan hati, pikiran dan semangat sebagai satu Karo, memang paling mudah mencari kambing hitam atas ketidakberdayaan itu.

Saya tidak yakin kalaupun gereja Karo yang dilabeli Batak itu mau bertransformasi tanpa embel-embel Batak maka Karo akan bisa bangkit semudah itu. Secara institusi budaya, Karo tidak punya. Bila tidak punya institusi, akan sulit karena perubahan membutuhkan motor penggerak.

Mengapa begitu sulit membuat sebuah institusi budaya Karo? Karena orang karo itu memang tidak mudah menanggalkan karakteristiknya yang tertutup dan cenderung memandang leadership (kepemimpinan) sebagai bentuk arogansi (keangkuhan). Eksistensi sebuah budaya dan peradaban, tidak bergantung kepada bagaimana kita hendak dipisahkan secara eksklusive dan diakui tanpa syarat dan tanpa usaha oleh anasir-anasir peradaban lain, tetapi membutuhkan apa yang disebut self determination dan kemauan untuk tetap bergerak menghidupkan serta melestarikan budaya serta peradaban itu.

Tanpa kemauan dari dalam diri sendiri itu, maka hilangnya identitas etnik adalah keniscayaan sebagai konsekuensi politis pergaulan global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.