SABU-SABU: APAKAH SEBENARNYA ITU?

Oleh LUKI ARIOS LINGGA

Dalam kurun waktu belasan tahun terakhir kata “sabu-sabu” atau “sabu” telah menjadi kata yang akrab di telinga masyarakat khususnya Masyarakat Karo. Kata itu telah menjadi sedemikian akrabnya di telinga masyarakat sehingga mulai anak TK hingga Lansia umur 80an ke atas mengetahuinya. Walaupun begitu, kita semua yakin jarang sekali ada orang yang tahu mengenai asal-usul benda yang bernama sabu itu.

Sejarahnya

Sebenarnya sabu, atau Methamphetamine dalam bahasa Ingrisnya, adalah benda yang sudah lama ada.

Bahkan umurnya sudah mencapai 100 tahunan lebih. Ia adalah benda yang bukan barang asing, terutama di belahan dunia Barat (Eropa atau Amerika). Walau sabu atau meth diidentikkan dengan pengaruh negatif Budaya Barat, tapi penemunya bukanlah orang Eropa atau Amerika melainkan seorang ahli kimia Jepang pada tahun 1893.

Sabu pada mulanya digunakan untuk pengobatan narcolepsy, asma dan sebagai obat untuk menurunkan berat badan. Tapi, saat itu sabu masih sulit untuk dibuat sampai pada tahun 1919 seorang ahli kimia Jepang lainnya bernama Akira Ogata menyederhanakan prosesnya sehingga sabu atau meth itu bisa diproduksi secara massal.

Setelah itu, sabu digunakan secara luas di dunia militer karena sabu memicu respons di tubuh, mirip dengan adrenalin yang meningkatkan kewaspadaan dan kemauan mengambil risiko. Bahkan sabu atau meth digunakan secara luas di militer Jepang, Amerika, Inggris, dan Jerman di kedua Perang Dunia untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan untuk mengatasi kelelahan di masa perang yang panjang.

Demikian juga para pilot Kamikaze yang memakai methamphetamine dalam dosis tinggi sebelum melakukan misi bunuh diri mereka. Tapi, sayangnya, sekarang sabu telah banyak disalahgunakan hanya untuk tujuan kesenangan semata yang pada akhirnya malah menimbulkan kerusakan pada penggunanya baik secara fisik maupun mental.

Lalu, dari apakah sebenarnya sabu itu terbuat sehingga begitu banyak orang yang menggilainya sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa itu menghancurkan hidup mereka?

Tidak seperti heroin atau kokain yang berasal dari ekstrak tumbuh-tumbuhan, sabu adalah sepenuhnya sintetik alias buatan manusia yang sama sekali tidak mengandung zat-zat bersifat alami, dengan bahan utamanya Efedrin atau Pseudoefedrin yang banyak ditemui di obat-obatan legal, terutama obat flu atau obat pelangsing yang banyak ditemui di apotek-apotek.

Bahan-bahan

Selain bahan utama tersebut, pembuatan sabu juga membutuhkan bahan-bahan lain yang semuanya bersifat toksik atau beracun bagi tubuh manusia.

Bahan-bahan itu antara lain:

1. Aseton, yaitu zat kimia yang terdapat di thinner cat atau cairan penghilang kutek,

2. Anhydrous ammonia, yaitu zat kimia yang dapat ditemukan pada cairan pembersih peralatan rumah tangga,

3. Sulfuric acid atau hydrochloric acid, zat kimia yang biasanya terdapat di produk-produk untuk membersihkan saluran pipa yang tumpat atau mampet,

4. Toluene, yaitu bahan kimia yg terdapat di minyak rem,

5. Phosphorous, yaitu bahan yang terdapat di pentol korek api kayu atau yang ada di kembang api/petasan,

6. Ether atau chloroform, yaitu zat pembius,

7. Freon atau zat pembeku pada kulkas atau AC,

8. Energy drink semacam Kratingdaeng atau Red Bull,

9. Alkohol medis atau pembersih luka,

10. Bensin, dan yang terakhir

11. Lithium, yaitu zat yang biasanya terdapat di aki mobil.

Sungguh mengherankan bukan? Bahan-bahan yang demikian berbahaya itu bisa menimbulkan suatu perasaan nikmat yang mengakibatkan kecanduan berat dan menyebabkan para pemakainya menjadi sampah masyarakat.

Kabupaten Karo

Saya sendiri secara pribadi merasa prihatin atas maraknya dan meningkatnya jumlah pengguna di Kabupaten Karo terjadi setiap hari. Bahkan pengguna Narkoba sudah merambah ke anak-anak di bawah umur yang masih berada di bangku SMP dan juga ke orang dewasa yang berusia 50 tahun ke atas.

Akan tetapi, jika saya mempunyai musuh, saya akan merasa sangat bersyukur sekali jika mereka memakai Narkoba karena saya tidak perlu bersusah payah melawan mereka, melainkan saya hanya perlu diam dan menonton mereka menghancurkan diri mereka sendiri sampai mereka benar-benar “Jim”.

Tapi ini hanya pernyataan sarkastik yang didasari oleh kebencian saya terhadap narkoba. Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.