Kolom Eko Kuntadhi: PERANGI COVID19 — Salah Data di Jateng dan Cluster Petamburan

Saya masih suka mengamati pergerakan data Covid19. Jumlah penyebaran masih lumayan, meski angka kesembuhan juga menggembirakan. Dari 527 ribu orang yang positif, 442 ribuan sudah dinyatakan sembuh. Alhamdulillah. Tapi kita bersedih, jumlah orang yang meninggal mencapai 16 ribuan. Bukan angka yang kecil.

Jika kita amati pergerakan datanya, Jakarta selalu menyumbang angka positif terbesar.

Padahal mulai dari rem darurat, bibir bergetar, sampai Sidak ke kafe sudah dilakukan. Tapi angkanya terus anteng. Meski harus diakui tingkat kesembuhannya juga tinggi.

Wajar juga. Semua RS top ada di Jakarta. Fasilitas paling lengkap.

Pasca kepulangan Rizieq, ada indikasi meledak lagi jumlah pasien Covid19 di Jakarta. Petamburan merupakan salah satu Zona Merah. Lurahnya positif Covid19. Kini Gubernur dan Wakil Gubernur juga positif. Keduanya memang sempat bertemu Rizieq.

Rizieq sendiri kini gak jelas kondisinya. Apakah ia positif atau negatif Covid19. Ia gak mau menginformasikan kondisinya. Padahal untuk orang tambeng yang sering ngumpulin orang, informasi kesehatannya amat penting diketahui publik.

Keterbukaan seperti itu, mungkin termasuk standar akhlak yang paling minimal.

Sementara daerah-daerah lain, angka positifnya juga masih lumayan. Grafiknya turun naik. Yang agak mengagetkan ketika 29 Nopember 2020 sempat dirilis data, penambahan pasien positif di Jateng mencapai 2.036. Jika benar, di hari itu Jateng memegang angka positif terbesar.

Tapi informasi di situs resmi Jateng sendiri pada hari yang sama penambahannya hanya 844 orang yang positif.

Waduh. Kok, bisa ada perbedaan data dengan jumlah yang gak kecil begitu? Selisih sebesar 1.192 itu, kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, merupakan delay data yang diverifikasi dalam waktu pemeriksaan sekian pekan atau bulan. Bahkan pada beberapa kasus ada juga pencatatan double.

Misalnya pasien yang sudah dicatat positif, eh, dicatat lagi. Jumlah kesalahannya lumayan tinggi dari dua Kabupaten di Jateng.

Persoalan ini juga sudah diakui Satgas Covid-19, yang mengatakan ada problem pencatatan untuk data pasien di Jawa Tengah. Jubir Satgas Pusat Wiku Adisasmita menjelaskan masalah ini. Menurutnya ada data ganda dan masalah delay pencatatan sehingga datanya melonjak tajam.

Padahal, kalau mau ditelaah lebih jauh, Jateng termasuk daerah yang konsisten memerangi Covid19. Gubernurnya hampir tiap hari keliling wilayah untuk menyadarkan masyarakat mengenai Covid-19 ini. Tingkat kesembuhan di Jateng juga termasuk tinggi.

Tapi, bagi kita sebetulnya bukan soal angka-angka itu yang penting. Yang jauh lebih penting adalah keseriusan pejabat dalam memerangi wabah ini. Di Jateng, misalnya, Gubernur langsung turun melobby masyarakat yang hendak membuat acara yang melibatkan banyak orang.

Pernah ada rencana, murid-murid Habib Lutfi ingin menggelar acara Maulid Nabi. Meski akan dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat, tetapi antusiasme masyarakat terhadap ulama besar seperti Habib Lutfi, agak sulit dibendung. Gubernur dan segenap jajarannya akhirnya meyakinkan panitia untuk menunda acara tersebut.

Kebesaran hati dan keindahan akhlak ulama sekelas Habib Lutfi yang mendahulukan kepentingan orang banyak akhirnya menyetujui penundaan.

Agak berbeda dengan Jakarta. Ketika Rizieq hendak menggelar acara pernikahan anaknya, justru Gubernur Jakarta yang datang sowan di malam sebelumnya. Dan acara itu terlaksana dengan protokol kesehatan yang diabaikan.

Kalau dikemudian hari meledak jumlah positif Covid-19 di Jakarta, ya wajar. Wong emang penangananya kayak gitu. Bagi kita, masyarakat, keteladan penting. Jika pemimpinnya lancung. Jangan berharap masyarakatnya akan mengikuti. Apalagi pemimpin yang melanggar aturan yang dibuatnya sendiri.

Soal data, memang harus diperbaiki mekanismenya. Agar kita bisa mendapatkan informasi yang benar. Jangan sampai kesalahan input yang terjadi di Jateng, membuat orang tambah khawatir. Wong angka positif 844 masa yang diinput sampai 2063 orang.

“Mungkin kalkulator Satgas lagi rusak, mas,” ujar Abu Kumkum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.