Kolom M.U. Ginting: SAUDAGAR NASIONAL

M.U. GintingDulu, Indonesia di bawah Neolib dimulai dengan bantai 3 juta penentang gigih Neolib 1965. Sekarang, Indonesia Berdikari atas dasar Trisakti, tetapi pengaruh kekuasaan Neolib masih kuat, sehingga perjuangan antara dua kepentingan dunia itu masih sengit, terutama di Indonesia yang kaya SDA.

Perjuangan antara Kepentingan Nasional (Trisakti) kontra Kepentingan Internasional ’global hegemony’ Neolib.

Sisa pengaruh Neolib di Indonesia masih besar walaupun penguasa Neolib Soeharto sudah lenyap. Penyusupan ke pusat kekuasaan Jokowi oleh Neolib masih gencar, terutama dalam menanti nasib perusahaan Neolib, Freeport. Sudah banyak usaha ke arah ini, tetapi semua kandas.

Kasus ’saham papa’, lobi Gubernur Papua, jual saham Rp. 21 T dan siapkan pinjamannya oleh bank Neolib supaya tambah utang. Bahkan terjadi pengalihan isu lain seperti teror Thamrin, maksudnya melapangkan jalan ke percepatan solusi Freeport. Tetapi, kebalikan dari yang diharapkan, teror Thamrin malah bikin perubahan besar pandangan dunia atas terorisme, karena ucapan terkenal Presiden dan Wakil Presiden Indonesia itu.

kerbau
KAWANAN KERBAU karya Basuki Abdulah.

Jokowi bilang tak perlu takut sama teroris (kebalikan dari ucapan Obama yang suruh awas sama teroris karena bisa pakai bom nuklir sebesar buah apel, katanya), dan JK bilang terorisme tak ada kaitannya dengan agama Islam. Ditambah lagi pidato terkenal Paus Fransiskus pada Jumat Besar 2016 yang mengatakan pedagang senjata terorisme kasih makan keluarganya dengan duit yang berlumuran darah.

Satu lagi, seorang akademisi AS yaitu Dr Michel Chossudovsky bilang: 

“The so-called war on terrorism is a front to propagate America’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA , The global war on terrorism is a fabrication, a big lie.”

 

“Kelompok Neoliberal tidak happy dengan Jokowi-JK. Di Nawa Cita yang dikehendaki ekonomi konstitusi, anti – neoliberal. Maka tidak mungkin tradisi penyokong neoliberalisme berhadapan keras dengan rezim. Mereka melakukan penyusupan ke jantung kekuasaan,” kata Pengamat politik Ray Rangkuti (merdeka.com) [Rabu 9/3].

 Tepat sekali analisa Rangkuti ini.

 

Semua usaha-usaha di atas demi keamanan dan perpanjangan Freeport masih belum menghasilkan perubahan nasib Freeport yang nota bene sudah aman dan tenteram selama setengah abad, tapi sekarang seperti telur di ujung tanduk. Usaha Neolib lewat ’saudagar nasional’ kelihatannya adalah jalan yang mau ditempuh sekarang. Kita akan saksikan sampai di mana kegesitan dan keberhasilan usaha dengan ’thema’ saudagar nasional ini. Sampai di mana bisa ’menundukkan’ presiden Jokowi.

Menundukkan semua presiden dunia adalah tujuan langsung ’global hegemony’, dengan basis kekuasaannya sekarang di pemerintahan AS yang sudah dikuasai sejak era Andrew Jackson.




Seperti dikatakan oleh presiden AS Roosevelt (November 21, 1933):

“The real truth of the matter is, as you and I know, that a financial element in the large centers has owned the government of the United States since the days of Andrew Jackson.”

Andrew Jackson adalah presiden AS ke 7 (1829-1837). Karena itu tak heran juga kalau Obama bilang teroris bisa pakai bom nuklir, menghapuskan pendapat Jokowi yang tak perlu takut sama teroris.

 

Semua presiden yang Nasionalis tentu akan jadi penghalang besar bagi cita-cita ’global hegemony’ ini, dilihat dari segi pertentangan antara 2 kepentingan tadi. Karena itu, tiap presiden Nasionalis (yang berjuang untuk kepentingan nasional negerinya) harus dijinakkan seperti Soeharto atau disingkirkan seperti Soekarno Indonesia atau Maurice Bishob Grenada.

Freeport dan isu perpanjangan kontraknya adalah fokus utama Neolib di Indonesia, yang sekarang terlihat gejala pakai taktik ’saudagar nasional’. Sangat menarik memang bisa menonton perkembangan taktik baru ini.

 




One thought on “Kolom M.U. Ginting: SAUDAGAR NASIONAL

  1. ”Dalam tiga periode terakhir Golkar dipimpin oleh kaum saudagar, yaitu Jusuf Kalla (Bukaka Group), Aburizal Bakrie (Bakrie Group), dan kini Setya Novanto (Nova Group) sehingga semakin mengukuhkan Golkar sebagai partai borjuis dimana orientasi politiknya sarat dengan kepentingan akumulasi kapital kaum saudagar pengendali Golkar. Saudagarisme telah menjadi ciri bagi partai ini.
    Dengan terpilihnya Setya Novanto, maka kepentingan saudagar tampak akan lebih mengemuka ketimbang kepentingan publik. Merapatnya Golkar menjadi mitra koalisi pemerintah sudah barang tentu membawa konsesi berupa kursi menteri, entah apakah ada konsesi lain di luar itu. Yang jelas berapapun yang diterima, itulah bentuk nyata dari jejaring kuasa atas Golkar dan Setya.”

    Penulis adalah pengamat politik Universitas National Jakarta, pengurus Ikatan Alumni Ilmu Politik IISIP Jakarta, peneliti Centre for Indonesian Political and Social Studies (CIPSS).

    Dikutip dari PERANGKAP SAUDAGARISME PARTAI GOLKAR
    RABU, 18 MEI 2016 , 09:20:00 WIB
    Perangkap-Saudagarisme-Partai-Golkar-

    MUG:
    Dengan berkuasanya Setnov di Golkar tak perlu dipertanyakan lagi kemana Golkar mau dibawa oleh Setnov seperti terlihat dalam sikapnya menghadapi neolib Freeport. Begitu juga usaha pendekatan dengan ’istana’ jelas berdasarkan strategi panjang neolib . ”Mereka melakukan penyusupan ke jantung kekuasaan,” kata Pengamat politik Ray Rangkuti, merdeka.com Rabu, 9 Maret 2016.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.