Kolom Eko Kuntadhi: SEANDAINYA JOKOWI ADALAH SBY

Seandai Jokowi adalah SBY, ia mungkin akan menggelar konferensi pers bertaburan kata prihatin hari ini. Ketika sebuah UU yang berpeluang membuka lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda malah ditentang habis-habisan. Seandainya Jokowi adalah SBY, ia mungkin gak akan berani mengajukan Omnibus Law yang memangkas sekian banyak kepentingan.

Dulu SBY pernah berfikir untuk mengajukan perbaikan UU Tenaga Kerja.

Semangatnya gak jauh beda dengan kluster ketenagakerjaan dalam UU Cipta Kerja. Tapi ia jiper digertak demo buruh. Akhirnya batal. Sebab jiper adalah bagian dari rasa prihatin

Seandainya Jokowi adalah SBY, ia gak akan memilih memangkas subsidi BBM. Uang APBN lenyap menjadi asap knalpot. Jumlahnya ratusan triliun saban tahun. Sementara oleh Jokowi uang itu malah digunakan buat bangun infrastruktur.

Seandainya Jokowi adalah SBY, mungkin ia puas membangun Candi Hambalang yang terbengkalai. Kita gak akan ketemu MRT yang menelusup di bawah tanah Jakarta. Juga LRT yang sebentar lagi beroperasi. Juga ratusan kilo jalan, pelabuhan, bandara, pembangkit listrik baru.

Seandainya Jokowi adalah SBY, ia hanya akan berfikir 10 tahun masa kekuasaanya. Biar aman sentosa. Gak perlulah memikirkan masa depan bangsa yang akan mengalami bonus demografi. Apalagi kalau untuk itu harus melawan arus kepentingan yang terganggu.

Seandainya Jokowi adalah SBY, ia gak akan perang dengan mafia Migas. Yang menggerogoti duit rakyat dari setiap liter BBM yang diimpor.

Seandainya Jokowi adalah SBY, ia tidak akan menyuruh Menteri Keuangannya untuk mengejar aset pemerintah yang dikuasai Cendana. Ia memilih membiarkan saja aset negara dirampok bertahun-tahun. Sementara sekarang Jokowi ngotot mengembalikan seluruh aset itu ke kantong negara. Sebab sesungguhnya itu semua milik rakyat.

Seandainya Jokowi adalah SBY, ia akan lebih memilih membiarkan gerombolan khilafah membesarkan sayapnya. Menelusup sampai ke tulang sumsum pemerintahan. Asal jangan ganggu kekuasaanya selama 10 tahun.

Seandainya Jokowi adalah SBY, mungkin ia akan memgiba-iba ketika tikaman pisau fitnah menusuk punggungnya. Ia akan berkata di depan TV, dengan wajah yang sendu dan mata terlihat sembab.

Tapi untung Jokowi adalah Jokowi. Ia hanya berusaha meninggalkan legacy. Untuk masa depan bangsa ini. Ia tahu, ia akan jadi bekas Presiden Indonesia nantinya. Tapi ia gak mau jadi Presiden bekas.

Bekas Presiden meninggalkan legacy. Sementara presiden bekas hanya meninggalkan candi yang terlantar.

Gubermur yang ini, asyik banget. Buruh demo. Malah diajak nyanyi. Suasana adem. Aspirasi tersampaikan. Dan tidak perlu ada fasilitas yang rusak.
Gubermur itu sejatinya eksekutif. Gak perlu norak, nyari panggung dengan berkirim surat ikut-ikutan menolak UU. Jadi pemimpin itu gak usah main drama terus.
Di Jateng, ini mungkin contoh memimpin dengan asyik…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.