Oleh Elisabeth Barus (Medan)
Siapa yang tidak terkejut membaca harga cabe merah keriting di Pagi Hari ini [Senin 9/1] Rp. Rp 40 – 28 ribu/ kg? Harganya Dinihari tadi [Senin 9/1] saja sudah sangat mengejutkan, yaitu Rp 30 ribu/kg. Soalnya, dua hari lalu [Sabtu 7/1], harganya masih Rp 23 ribu/ kg.
Memang sejak beberapa hari terakhir ini ada gerak menaiknya harga cabe merah.
Tapi, gerakan menaiknya cukup lamban. Tiga hari lalu [Kamis 6/1] harganya Rp 20 ribu/ kg. Terjadi kenaikan harga pada keesokan harinya [Jumat 6/1]; Rp 23/22 ribu/ kg. Pada hari berikutnya [Sabtu 7/1], harganya menjadi Rp 23 ribu/ kg.
Beberapa pembaca kita memang sudah mempertanyakan “apakah ada harapan harga cabe merah keriting akan naik terus”. Tentu saja kita tidak berani menjawab pertanyaan seperti itu kecuali membuat analisis dengan menampilkan data-data yang bisa kita perhitungkan bersama.
Tulisan ini sengaja kami hadirkan demi mencegah para pembaca, terutama petani, membangun asumsi liar sehingga berharap harga cabe merah terus akan meningkat. Memang bisa jadi ada kernaikan harga cabe merah, tapi lonjakan harga cabe merah hari ini tidak ada kaitannya dengan kecenderungan kenaikan harga cabe merah beberapa hari terakhir ini.
Sebab utama lonjakan harga cabe merah hari ini adalah kemacetan lalalintas Berastagi–Medan serta jalan tembus Karo–Langkat. Biasanya setiap Hari Minggu memang ada kemacetan lalulintas di kedua jalan raya ini karena banyaknya orang berlibur ke Dataran Tinggi Karo dan kembali pada Minggu sore hingga malam harinya. Sementara sayur mayur dari Dataran Tinggi Karo mulai menuruni gunung sejak sore hingga tengah malam.
Tapi, Hari Minggu kemarin itu, ada dua penyebab lainnya kemacetan lalulintas. Selain Minggu adalah hari libur, kemarin adalah juga hari terakhir liburan Tahun Baru dan hari ini [Senin 9/1] adalah hari pertama masuk sekolah. Dengan begitu, kemacetan lalulintas terjadi secara berlipatganda.
Adapun kenaikan harga cabe merah bersifat psikologis juga. Kemacetan lalulintas menyebabkan kelambatan angkutan cabe merah tiba di Pasar Induk Lau Cih (Medan) sehingga terjadi kelangkaan barang. Langkanya barang mendorong terjadinya kenaikan harga. Ketika barang mulai berdatangan dari Dataran Tinggi Karo, para pedagang masih memberlakukan harga sebelumnya saat barang masih langka.
Di situlah aspek psikologis bermain di tengah-tengah pergulatan pasar yang terkait dengan banyak hal di luar pasar; lalulintas, cuaca, musim tanam/ panen, dan lain sebagainya. Bagi pembaca kami di luar Sumut, kami hanya mengingatkan bahwa lonjakan harga ini sangat bersifat lokal dan dadakan. Bukan kecenderungan mengindikasikan kenaikan harga dalam jenjang waktu lebih panjang.