Sirulo TV: INGIN ULANGI PENDAKIAN SIBAYAK ITU

Laporan: Siska V. Tarigan

 

Kami bukanlah cewek tangguh, namun karena kecintaan kami terhadap alam membuat kami selalu merindukan tempat ini. Bisa dikatakan, kami adalah cewek bermodalkan nekat yang tidak mengenal kata takut.

Senin 25 Juni 2018, pagi sekali kami berangkat menuju Gnung Sibayak. Kami berjumlah 6 orang serombongan.




Awalnya, kami mencari teman pria yang bisa mendampingi kami agar tetap merasa aman dalam pendakian. Namun nihil, tak seorang pun laki-laki yang mau ikut bersama kami. Tapi, hal itu tidak mengurungkan niat kami untuk sampai ke puncak Sibayak.

Kami juga tahu, beberapa hari sebelum kami berangkat, setiap hari cuaca buruk dan hujan deras. Tapi, tekad kami tetap bulat untuk pergi mendaki.




Dengan bermodalkan keberanian, menapaki jalan ke puncak Sibayak. Setengah perjalanan, hujan gerimis pun sudah mulai turun. Itu tidak menyurutkan tekad untuk terus melanjutkan perjalanan meskipun jalan licin. Angin mulai bertiup kencang. Pada hari itu, pendakian gunung ini memang agak sepi. Biasanya hari Sabtu dan Minggu ramai pengunjung. Hari itu, hanya satu dua yang kami temui di perjalanan.

Setapak demi setapak dengan jalan yang sepi kami telusuri jalan itu, hingga hampir sampai  di puncaknya. Sesaat kami beristirahat dan berselfie ria karena cuaca juga masih mendukung. 5 menit kemudian, saat sesi foto-foto belum selesai, hujan mulai turun. Kami berteduh di bawah batu yang besar. Untungnya kami membawa  payung walaupun hanya 2, tapi lumayanlah untuk melindungi dari siraman air langit itu.

Hampir satu jam menunggu, namun hujan belum reda juga. Bahkan hujannya semakin deras. Langit mulai gelap. Petir bergemuruh. Angin semakin kencang. Tubuh kami hampir basah semua, karena payung terasa terlalu kecil jadi tempat bernaung.




Akhirnya kami memutuskan untuk kembali turun. Kami tidak melanjutkan perjalanan sampai ke puncak karena resikonya  tinggi. Jalan sudah becek dan licin. Dengan rasa kecewa dan kesal, kami memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, kami mulai kedinginan karena pakaian yang kami kenakan sudah basah kuyup.

Beski begitu, sedikit puntak ada rasa menyesal dalam hati. Malah, jika masih ada kesempatan, ingin kembali menikmati keindahan puncak Sibayak. Walaupun tidak sampai di puncak, setidaknya kami sudah pernah mendaki  Gunung Sibayak. Menghirup udaranya yang segar, merasakan dinginnya cuaca, menikmati hijaunya alam Sibayak.












Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.