SiruloTV: LEPAS KAMBING CEGAH KEMARAU PANJANG

Liputan JENDARAS GINTING Dari Taneh Pinem

Sebagian diantara kita mungkin pernah melihat seekor kambing jantan (bajarna) berwarna putih dibiarkan lepas di perkampungan penduduk. Kambing itu bisa memakan apa saja di perkampungan tanpa ada orang yang melarang atau mengusirnya. Kambing seperti ini pernah terlihat berkeliaran di Pasar Delitua (Kabupaten Deliserdang, Sumut) (Karo Hilir) dan di Desa Sukanalu Simbelang (Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo) (Karo Hulu).

Kali ini, kita temukan tradisi Karo yang sama di Desa Pasir Tengah (Kecamatan Taneh Pinem, Kabupaten Dairi).

Sudah pernah ada kambing seperti itu dibiarkan bebas lepas di pemukiman. Hanya saja, karena kambing itu semakin brutal saja, dia memasuki rumah warga sesuka hatinya, maka penduduk setempat pun sepakat menjualnya. Tapi, kali ini, penduduk Pasir Tengah pun sepakat pula membeli penggantinya dan membiarkannya bebas lepas seperti sebelumnya di pemukiman penduduk.

Penduduk Pasir Tengah mencapai kata sepakat karena adanya ancaman desa itu akan mengalami musibah kemarau panjang. Uniknya, setelah beberapa hari tidak turun hujan di Pasir Tengah, baru malam pertama kambing tiba di kampung [Sabtu 17/9], hujan pun turun dengan lebatnya hingga pagi harinya. Banyak warga yang hari setelah hujan itu langsung ke ladang untuk menanam atau memupuk tanaman jagungnya setelah hujan lebat sepanjang malam sebelumnya.

Kambing itu disebut Kambing Datok. Datok adalah sebuah varian dari kata-kata datuk, datu, dan atok yang berasal dari kosa kata Bahasa Austronesia. Artinya adalah seseorang yang lebih dekat ke leluhur atau nenek moyang yang menjadi cikal bakal dari sebuah wilayah pemukiman.

Dengan dilepasnya Kambing Datok, maka Datok pun akan hadir di sana menjadi penyubur tanah yang salah satunya dengan menghindari wilayah mengalami musibah kemarau panjang.

Ritual pelepasan kambing itu dilakukan melalui sebuah ritual yang intinya adalah penyucian tubuh kambing dengan lau penguras (Lihat video), yaitu sebuah ramuan obat. Keempat komponen kampung dilibatkan dalam upacara penyucian ini; mewakili sembuyak taneh (merga Sembiring Maha), mewakili senina taneh (merga Sembiring Keloko), mewakili kalimbubu taneh (merga Ginting Munte), mewakili anak beru taneh (merga Ginting Suka bersama Perangin-angin Bangun dan Tarigan).

Setiap kampung (kuta) didirikan oleh 4 merga yang berhubungan satu sama lain sebagai sembuyak, senina, kalimbubu, dan anak beru. Di ritual penyucian tubuh Kambing Datok jelas sekali keempat kompoinen kampung ini secara bergiliran mensucikan tubuh kambing. Itu juga berarti bahwa keempat komponen itu menyatu padu di dalam tubuh kambing.

Ritual ini dimulai dengan pembacaan mantra oleh seorang guru kuta (dukun kampung) untuk memanggil leluhur penjaga kampung. Setelah itu kambing pun dimandikan agar bersih, sebelum penyucian tubuhnya dilakukan oleh keempat komponen kampung dengan mengolesi tubuh kambing dengan lau penguras.

Air penyuci itu (lau penguras) adalah campuran air jeruk purut, kunyit, dan ketumbar yang kemudian dicampur dengan air kelapa muda dan minyak wangi.

Ritual dilaksanakan pagi hari tadi [Senin 19/9].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.