SiruloTV: RITUAL MUKUL-MUKUL YANG HILANG — Penggalian Etnosinematografi di Karo Julu

Liputan AISYAH BARUS Dari Kabung (Karo Julu, Sumut)

Pengantar dari Redaksi

Umumnya orang-orang Karo mengenal ritual mukul yang dilaksanakan malam harinya setelah upacara perkawinan. Tapi, mukul-mukul adalah sebuah ritual yang sangat berbeda. Tidak ada hubungannya dengan perkawinan, tapi melainkan sebuah upaya mengatasi wabah penyakit dengan melepaskan seekor babi di halaman kampung dan kemudian warga pun memburunya.

Reporter kami (Aisyah Barus) yang kebetulan pula adalah mahasiswa Antropologi, merekam penuturan neneknya (Nini Karo).

Vidio utama dari liputan ini berisikan wawancara Aisyah dengan Nini Karo mengenai ritual. Selanjutnya, Aisyah mewawancarai 2 saksi mata lainnya yang pernah menyaksikan ritual itu.

Di bawah ini, kami tampilkan teks ringkasan pelaksanaan ritual mukul-mukul yang ditulis oleh Aisyah berdasarkan penuturan Nini Karo. Adapun rekaman vidio-vidio wawancara dengan Nini Karo dan para tetua kampung mengenai ritual itu kami tayangkan di SiruloTV.

Nilai dokumentasi dari tayangan ini jauh lebih penting daripada nilai publikasinya apalagi semua wawancara dilakukan dalam Bahasa Karo.

Selamat menyaksikan

Suasana di sebuah kampung Karo masa kini (siang hari), Kabung (Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

Hari ini saya sangat merasa beruntung karena mendapatkan sebuah informasi yang sangat berharga berupa sebuah cerita dari Nini Karo saya mengenai sebuah tradisi di Desa Sikab, Dusun Siberteng (Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo).

Kebetulan Nini Karo saya dulunya adalah seorang singuda-nguda siberteng (gadis dari Siberteng) beliau adalah Malem br Barus , sehingga saya mengulas dan bertanya banyak tentang tradisi itu.

Nini Karo

Tradisi itu sudah tidak ada pada jaman ini, namanya mukul-mukul.

Dulunya dilakukan oleh masyarakat Dusun Siberteng ketika warga desa terkena wabah penyakit seperti malaria yang menyebabkan banyak warga menjadi korban. Dilakukan dengan melepaskan seekor babi di halaman kampung (kesain kuta) lalu warga berusaha menangkapnya.

Maka babi pun berlari menghindari tangkapan warga dan warga mengejar babi tersebut untuk ditangkap. Diharapkan pengejaran berakhir setelah babi mengelilingi seluruh halaman kampung. Bila dia tertangkap sebelum mengelilingi keseluruhan halaman kampung, maka babi dilepaskan lagi untuk dikejar lagi.

Denah halaman kampung Kabung (Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

Setelah babi itu mengelilingi desa dan berhasil ditangkap maka babi tersebut segera dibunuh dan dagingnya dimakan bersama oleh warga desa.

Nah, hal unik lain yang ada pada tradisi ini ialah dengan meletakkan potongan ususnya di 2 lokasi, yaitu dalin mbelin ku juma (jalan utama ke ladang) dan dalin ku tapin (jalan ke pemandian umum).

Dalam tradisi ini juga ada sebuah larangan yaitu tidak boleh membawa benda-benda meregen (mengandung serbuk gatal) ke pusat pemukiman (rumah kuta); seperti kayu bakar, bambu, keladi, talas dan lain sebagainya.

Larangan ini berlaku selama 4 hari berturut-turut. Warga pun sangat tertib melakukan tradisi dan larangan ini.

Tujuan dari tradisi ini ialah berharap wabah tersebut bisa segera berakhir di desa mereka. Tradisi ini terdengar sangat luar biasa namun sangat disayangkan tradisi ini sudah lama berakhir.

Mengenang itu, Nini Karo mengatakan tidak akan memberikan babi peliharaannya untuk dibeli dan kemudian dijadikan buruan seperti itu karena merasa kasihan.

“Aku pe mbarenda kuinget sanga aku medanak denga. E meriah kel ngenin sa, tapi aku labo kubere babiku dayaken man acara e. sebab mekuah ateku. Enca ku Kabung enda aku sereh lanai enggo lit kuidah acara e “ (Masih kuingat dari masa kanak-anak. Acara ini sangat seru dilihat, tapi aku tidak akan mengijinkan babiku dijual untuk acara ini, aku merasa kasihan. Setelah aku menikah ke Kabung, acara ini sudah tidak ada dilaksanakan).

Demikian kenangan Nini Karo saya, kembali mengingat bagaimana hebohnya desa ketika tradisi tersebut dilaksanakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.