SOLUSI KULTURAL ATAS TANTANGAN DUNIA

ANG SAN MEI | BEIJING (China) | Dunia tengah berubah cepat, dan berkutat dengan berbagai tantangan yang belum pernah ditemui dalam satu abad terakhir. Banyak orang bertanya: Apakah dunia dapat menjadi tempat yang lebih baik? Maka, Tian Wei dari CGTN, sebagai jurnalis dan komunikator kebudayaan, berbagi pandangan dalam “China Talk” yang berdurasi 10 menit.

Menurut TIan, dari 800 SM-200 SM, peradaban utama dunia menghasilkan beberapa pemikir yang paling brilian: Konfusius,  Laozi, Zhuangzi, Xunzi, dan Hanfeizi di Tiongkok; Socrates, Plato, dan Aristotle di Yunani; nabi Yahudi Yesaya, dan Zoroaster dari Persia; serta, Buddha dari India kuno.

Pemikir tersebut merumuskan landasan filosofis bagi seluruh umat manusia, serta menyajikan referensi terbaik bagi orang yang mencari jawaban. Namun, pada masa kini, Tian menekankan, dengan narasi dan perspektif yang didominasi dunia Barat, jawaban baik sulit ditemui.

Menurut pandangannya, defisit informasi terlihat jelas dalam sejarah dan kebudayaan, dan hal tersebut memiliki cakupan yang sangat terbatas. Misalnya, pada 2013, Majalah Time, media yang dikenal lewat daftar sosok yang paling berpengaruh sepanjang tahun (most influential person of the year), menyusun daftar “100 sosok terpenting dalam sejarah”.

Tak ada satu pun orang dari Asia yang tercantum dalam daftar tersebut.

Kenyataan ini menunjukkan, beberapa prinsip dunia kontemporer memiliki cakupan yang sangat terbatas dalam sejarah umat manusia. Bagaimana manusia mampu menjawab tantangan zaman jika membatasi diri ketika mencari inspirasi dan kearifan dari beberapa tempat saja?

Tian berkata, defisit informasi dan lenyapnya keberagaman narasi bahkan menimbulkan masalah yang lebih besar, yakni merosotnya tingkat kesadaran dan kepercayaan diri atas kebudayaan sendiri. Ambil contoh, Konfusianisme. Mazhab ini mengangkat aspek kebenaran dalam hubungan sosial, keadilan, kebaikan, dan ketulusan.

Konfusianisme mengajarkan seorang penguasa agar memerintah dengan kebaikan, alih-alih kekuasaan, serta didukung oleh sistem yang membatasi kekuasaan raja. Dengan filosofi praktis yang berfokus pada hubungan individu dan masyarakat, Konfusianisme menyentuh banyak orang.

Menurut Tian, perjalanan seseorang untuk menemukan jati diri, kesadaran diri, dan kepercayaan diri atas kebudayaannya tak hanya berperan penting, namun bermanfaat bagi semua pihak. Sebab, masyarakat harus memiliki kreativitas dan kemajemukan guna menjawab berbagai tantangan yang dihadapi saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.