Oleh: Brandy Karo Sekali
Suku Karo mengenal secara tradisional beberapa tahapan menyadap nira aren (lau pola), sebagai berikut:
1. Numbuki
Tahapan pertama adalah mempersiapkan tangga untuk mempermudah memanjat pohon aren. Selain itu pada tahap numbuki pola akan dipersiapkan pula tempat berdiri di bagian atas pohon agar kelak dapat mempermudah proses penyadapan airnya. Numbuki pola ini biasa dilakukan ketika tandan bunga jantan aren baru mekar atau masih muda.
2. Nguir
Sebelum mememarkan tandan bunga jantan nira yang disebut mbal-bal dalam bahasa Karo, terlebih dilakukan nguir, yaitu menggoyang tandan nira sebanyak mungkin dengan tujuan agar tandan ini semakin elastis. Nguir pola dilakukan ketika bunga jantannya telah mulai berubah warna menjadi hitam.
3. Mbal-bal
Setelah nguir usai dilakukan, dilanjutkan dengan mbal-bal, yaitu mememarkan bagian tandan dengan cara dipukul. Memukul tandan harus dilakukan dengan hati-hati, tidak terlalu pelan supaya bagian tandan semakin elastis, serta tidak boleh dilakukan terlalu kuat untuk menghindari terjadinya pembusukan pada tandan.
4. Nampul
Nampul adalah proses memotong tandan pola. Proses ini dilakukan setelah melakukan sekurang-kurangnya 12 kali masa mbal-bal pola hingga tandan pola telah menghamburkan serbuk sari yang berwana kuning.
5. Ndapet/ Ngerengkap
Beberapa hari setelah nampul, tibalah masa ndapet yang artinya ketika mendatangi pohon aren, sang penyadap (perpola) telah melihat tanah di bawah pohon aren dibasahi oleh tetesan air aren.
6. Nongkap
Setelah ngerengkap, lau pola telah siap ditampung dengan menggunakan tabung bambu yang disebut tongkap.
7. Ngeria
Ngeria adalah mengambil air aren yang dilakukan oleh perpola sebanyak dua kali dalam satu hari, yaitu pada waktu pagi dan sore.