Tak Perlu Saling Curiga

Oleh: Edi Sembiring (Jakarta)

 

edi sembiring 1
Erosi di Gurukinayan akibat banjir lahar dingin Sinabung. Foto: Astrea Purba.

edi sembiringSemua Balon (bakal calon) Bupati Karo pasti akan menjanjikan penanganan erupsi Sinabung; baik yang terkena dampak langsung atau pun tak langsung dari erupsi ini. Jadi, tak perlu curiga mencurigai bila ada di sana-sini membicarakan bagaimana menyelamatkan masa depan Tanah Karo. Toh gerakannya sama.

Cuma saja, ada kandidat yang masih dalam batas wacana bila ia terpilih maka ia akan lakukan program-program penanganan yang dipersiapkan timnya. Beberapa kandidat yang lain sudah melakukan, mungkin ada sejak 1,5 tahun yang lalu. Hanya bedanya di caranya saja.

Tak bisa dipungkiri bahwa semua Balon Bupati Karo akan memberi janji tentang penanganan dampak erupsi itu. Berjanji kepada orang yang lapar, haus dan berbeban berat itu tak gampang. Mereka sanggup tinggal 1 tahun lebih di pengungsian. Bila janji Bupati terpilih tak ditepati, saya yakin mereka pun sanggup untuk menduduki Kantor Bupati berminggu-minggu.

Jadi, mengapa saling sikut-sikutan untuk menolong sesama? Barisan semut-semut pekerja tak pernah saling bertabrakan saat menimbun makanan bersama untuk musim kemarau yang mendatang. Tak ada keributan untuk sebuah harapan. Tak ada cemooh untuk menilai bakti siapa yang lebih besar.

Saya kembali teringat sepotong baris puisi WS Rendra : “Kita adalah angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan takabur….”

Siapakah mereka angkatan takabur itu? Siapakah mereka angkatan gagap itu?

Takabur, karena mereka menua dengan cara berpikir lama. Menghabisi kompetitor dengan cara-cara lama bernama: pembusukan. Tak siap berhadapan dengan perubahan, bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi pelayan yang baik.

Sementara angkatan gagap muak dengan kepongahan angkatan takabur. Angkatan gagap mulai bersuara walau terbata-bata di sela cemohan angkatan takabur. Angkatan gagap tak banyak bicara dan bagi mereka bertukar pikiran adalah jalan.

Dan, dari puisi berjudul “Sajak Anak Muda,” mas W.S. Rendra menutupnya dengan kalimat:

“… Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. Dan bila luput, kita memukul dan mencakar ke arah udara. Kita adalah angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar. Daya hidup telah diganti oleh nafsu. Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. Kita adalah angkatan yang berbahaya.”


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.