Tengkorak Sebayak Lingga Raja Senina Disemayamkan di Uruk Gung Ndaholi

Foto: Dedy Sinuhaji
Foto: Dedy Sinuhaji

P. MOEDA LINGGA GAYO. KABANJAHE. Desa Bintang Meriah (Kecamatan Kutabuluh Simole, Karo Gugung) kedatangan tamu dari Aceh [Kamis 6/6];  mantan Bupati Kabupaten Bener Meriah (Tagor Abubakar), Bupati Gayo Lues (Ibnu Hasim) beserta beberapa Kepala Dinas Pemkab Aceh Tengah dan puluhan warga Gayo Lues keturunan Raja Linge. Mereka datang untuk ikut menghadiri Mengket Tugu Geriten Sebayak Lingga Raja Senina di Uruk Gung Ndaholi, Bintang Meriah. Kedatangan mereka disambut ribuan saudara sedarah mereka merga Sinulingga keturunan Sebayak Lingga Raja Senina.

Acara dimulai dengan pembersihan tengkorak Raja Sebayak Lingga yang selama ini disimpan dalam peti di salah satu rumah adat yang tersisa di Bintang Meriah, yaitu Rumah Kurung Manik. Tengkorak ini diambil sekitar 400 tahun lalu dari tugu sebelumnya yang dibakar Belanda.

Pembersihan tengkorak memakai air jeruk purut ikut dilakukan oleh Bupati Gayo Lues Ibnu Hasim mewakili keturunan Raja Linge yang ada di Gayo. Setelah dibersihkan, tengkorak di bawa dari rumah kuta Bintang Meriah menuju tugu/ geriten di Uruk Ndaholi untuk disemayamkan.

Tari Saman disumbangkan utusan dari Gayo

Dalam Kata Sambutannya, Bupati Gayo Lues mengatakan, Sebayak Lingga merupakan keturunan Raja Lingga di Gayo, Aceh, yang pergi ke Taneh Karo. Sebayak Lingga mempunyai nama asli Ali Sah. Raja Lingga mempunyai beberapa anak laki-laki dan beliau sayang dengan anak bungsunya yang bernama Lingga Empat. Anaknya yang lain memilih pergi ke beberapa daerah dan Sebayak Lingga memilih pergi ke Taneh Karo. Sebelum berangkat, Raja memberinya pedang bawar dan bendera sebagai pertanda dia keturunan Raja Lingga (Gayo: Linge).

Bupati Gayo Lues mengharapkan agar silaturahmi antara keturunan Raja Linge Bintang Meriah dengan masyarakat Gayo tetap terjaga.

“Kita akan mengundang masyarakat Bintang Meriah jika kami yang di Gayo mengadakan acara,” demikian Bupati menyampaikan.

Dokumentasi Adri Istambul Lingga Gayo

“Keturunannya sering membawa tengkorak Sebayak Lingga ke medan perang. Ketika perang usai, tengkoraknya kembali disimpan,” demikian Adri Istambul. Pada kesempatan ini masyarakat Gayo mempersembahkan Tari Saman dan masyarakat Karo mengajak masyarakat Gayo landek bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.