Kolom Acha Wahyudi: TINGGI TUBUH NABI ADAM

Pernah engga sih mendengar atau membaca Hadist terkait tinggi tubuh Nabi Adam sebagai berikut ini?

_The Prophet said, “Allah created Adam, making him 60 cubits tall. When He created him, He said to him, “Go and greet that group of angels, and listen to their reply, for it will be your greeting (salutation) and the greeting of your offspring.” So, Adam said (to the angels), “As-Salamu Alaikum (i.e. Peace be upon you)”.

_The angels said, “As-salamu Alaika wa Rahmatu-l-lahi”. Thus the angels added to Adam’s salutation the expression, “Wa Rahmatu-l-lahi”. Any person who will enter Paradise will resemble Adam (in appearance and figure). People have been decreasing in stature since Adam’s creation.”_

(Sahih al-Bukhari 3326).

Kebetulan sedang iseng dan penasaran, mas Miko sahabatku yang selalu curios akan banyak hal, menghitung dengan hitung-hitungan kasar sebagai berikut:

1 cubit itu kira-kira 0.5 meter, maka tinggi Nabi Adam itu sekitar 30 meter (untuk memudahkan hitung-hitunganan, anggap saja setara 15 kali tinggi manusia biasa).

Mas Miko tertarik untuk melihat, apakah dari sudut pandang Biologi, struktur manusia seperti itu, adalah mungkin (mohon koreksi, atas akurasi data dan hitung-hitungan kasar ini).

Pertama, tentang tulang. Di jaman Google ini, dengan mudah kita bisa cari tahu bahwa tulang kaki manusia biasa, misalnya tulang tibia – betis, umumnya sudah akan retak akibat tekanan sekitar 4.000 Newtons atau kurang lebih 400 kg. Walau tentu, tulang itu sudah cukup kuat untuk mendukung bobot manusia biasa yang normal (non obese dan bukan penyandang gigantism). Di sini diasumsikan, berat manusia rata-rata itu 70 kg.

Bagaimana bila manusia itu, bertinggi badan 15 kali lipat normal? Bila Nabi Adam itu menggunakan jenis tulang yang sama dengan tulang anak cucunya sekarang ini, tapi sekedar lebih besar, maka kekuatan tulang itu kira-kira berlipat pangkat dua dari kekuatan semula.

Hampir mirip seperti ketika kita menghitung kekuatan kolom beton bertulang untuk sebuah bangunan, kekuatan tulangnya kira-kira sebanding dengan luas (pangkat dua) potongan melintang tulang itu. Singkat kata, tulang tibia Nabi Adam akan mampu menanggung beban (15 x 15) x 400 kg = 90,000 kg = 90 ton.

Tapi, bila suatu benda membesar, bobotnya membesar sebanding dengan volume (pangkat tiga) ukurannya. Bukan sekedar pangkat dua. Jadi bobot tubuh Nabi Adam kira-kira (15 x 15 x 15) x 70 kg = 236.250 kg atau (agar mudah dibulatkan menjadi) 230 ton.

Ini perhitungan yang cukup sesuai, karena mahluk organik dengan ukuran serupa, Paus Biru misalnya, bisa mencapai panjang 30 meter walau relatif berbentuk lebih langsing, berbobot rata-rata 170 ton.

Alhasil sepasang tulang tibia Nabi Adam, yang cuma mampu menanggung beban maksimum 180 ton (di 2 kaki masing-masing 90 ton), ternyata harus menanggung bobot tubuh 230 ton… Alias, hanya dengan berdiri diam saja, tulang tibia beliau sudah akan langsung retak berkeping-keping.

Adam sungguh tidak boleh mengangkat sebelah kaki, karena dengan demikian satu kakinya yang hanya mampu menopang 90 ton, tiba-tiba saja terkena beban 230 ton.

Belum lagi bila beliau harus berjalan. Karena ketika berjalan, titik tertentu di tulang kaki manusia akan menopang beban sekitar 1.5 kali bobot tubuhnya. Artinya, tiap kali melangkah perlahan, sendi mata kaki Nabi Adam akan menanggung tekanan seberat… 345 ton! … ?.

Bayangkan bagaimana bila beliau harus lari? Tulang kakinya harus mampu membopong beban lima kali lipat bobot tubuhnya, alias sekitar 1.150 ton!

Dengan demikian, bila Nabi Adam ini dulu bisa keluyuran ke mana-mana tanpa masalah, tulang dan sendinya mungkin punya desain yang berbeda dengan anak cucunya. Mungkin ada perlakuan khusus untuk manusia pertama, mungkin saja tulangnya dilapisi ADAMANTIUM seperti tokoh Wolverine superhero X-Man ?

Itu baru tulang… selanjutnya otot. Ternyata otot mempunyai daya dukung jauh lebih kecil. Beberapa otot bisa rusak karena tarikan sebesar 80 kg saja. Dengan asumsi perhitungan yang sama, sekuat-kuatnya otot Nabi Adam, mungkin hanya mampu menahan beban 18 ton (mas Miko yakin perhitungan ini pun terlalu berlebihan, karena daya kontraksi tentu tidak sama dengan daya tahan terhadap tekanan).

Jadi, bila beliau diciptakan dalam posisi jongkok, sudah pasti tidak bisa berdiri.

Kembali sejenak ke Paus Biru. Organisme dengan ukuran mirip paus biru, bisa berfungsi dan bergerak, hanya karena bobot tubuhnya didukung oleh air. Bila paus itu terdampar di darat, tidak ada cara bagi mamalia itu untuk bergerak, apalagi berdiri.

Hewan darat terbesar yang pernah ada, Titanosaurus, tercatat tumbuh sepanjang 37 meter, berbobot 77 ton. Tapi sebagian besar massa tubuhnya berada rendah dekat tanah, itupun didukung oleh 4 kaki yang besar.

Tidak ada kemungkinan Titanosaurus ini “berdiri” (ala Adam, dengan bertumpu pada dua kaki belakang saja misalnya). Tingginya hanya 14 meter, itu pun dicapai karena leher panjangnya yang mirip jerapah.

Konon dinosaurus (dalam hal ini Titanousaurus) bisa tumbuh sebesar itu, antara lain karena mereka berdarah dingin. Jadi, tidak perlu regulasi suhu tubuh. Sementara mamalia, karena harus menjaga konstan suhu internalnya, tidak bisa tumbuh dengan volume terlalu besar, karena perlu sistem sirkulasi tertentu, rasio permukaan kulit dan volume tubuh tertentu, dan seterusnya.

Sebesar-besarnya mamalia darat yang (sejauh ini diketahui) pernah hidup, adalah badak purba Indricotherium, yang berbobot 20 ton, hanya lebih besar sedikit daripada Mammoth yang berbobot 15 to Dua-duanya berukuran kurang dari sepersepuluh ukuran Nabi Adam.

Terkait sirkulasi itu, manusia normal berbobot 70 kg akan punya darah seberat kira-kira 5 kilogram. Sedangkan Nabi Adam akan mempunyai darah berbobot sekitar 16 ton, perlu pompa yang luar biasa kuat untuk bisa mendorong cairan darah itu, hingga bisa mencapai ketinggian 30 meter (tempat otak Nabi Adam berada.

Mas Miko hanya bisa mengernyitkan dahi, membayangkan pompa seperti apa yang harus dipasang di posisi jantung Nabi Adam, hingga bisa melakukan itu. Mungkin ahli mesin dan hidrolik seperti Mas Nurseto Ardiputranto tahu, seperti apa pompa yang dapat memompa setinggi 30 meter dan menghitung ketebalan pembuluh darah yang kuat menahan semburan pompa dalam satuan atmosfir.

Duh mas Miko, dulu aku seneng Biologi, tapi anjlok di Fisika, karena gurunya ngajar seperti ngomong sama tembok, jadi aku ga pernah kepikiran menghitung sampai segini detil… lieeeur aing teh.

Ya ampun ini sudah malem ngalor ngidul ke mana-mana. Hanya iseng-iseng saja, karena hadits-hadits seperti ini masih terus saja beredar, sesungguhnya selalu menggelikan karena dipertahankan mati-matian, dengan mengorbankan evidence dan logika, oleh banyak muslim apologist bahkan yang berpendidikan tinggi sekalipun.

Monggo bila ada koreksi, tambahan atau komentar untuk tulisan ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.